".... Allahu Akbar Allahu Akbar.... Laaillahaillallah......"
Suara adzan subuh terdengar begitu jelas di telingaku sampai-sampai membuatku terbangun dari tidur. Penasaran saat ini pukul berapa, kulihat ponsel yang ada di samping tempat tidurku.
"... pukul 04.00...." gumamku setengah sadar.
Bergegas, aku mencari mukena yang semalam aku simpan sehabis solat isya di lipatan sajadah. Ku pakai mukena itu dan langsung menuju masjid di dekat rumahku. Ketika hendak keluar rumah tiba-tiba perutku terasa sakit seperti melilit, rasanya seperti sudah tidak bisa ditahan lagi. Namun mengingat waktu subuh yang terbatas dan aku tidak ingin melewatkan solat subuh berjamaah di masjid maka aku nekat saja langsung ke masjid.
Masjid yang biasa aku datangi dekat dengan rumahku. Tidak membutuhkan waktu yang lama menuju kesana, hanya beberapa langkah langsung sampai. Ketika aku menyelusuri jalan, udara terasa dingin dan jalanan begitu sepi.
Kulangkahkan kaki cukup cepat karena aku ingin langsung menuju WC di masjid itu. Sesampainya aku di depan masjid ku lihat pemandangan yang menarik, ya sebenernya ini bukan pemandangan dalam konteks alam, tapi aku menyebutnya sebagai keindahan yang hakiki.
"... ya Allah..... ada dia.... hmmm" ucapku sembari mempercepat langkah
Ku lihat dia sedang rukuk yang kurasa dia sedang mengerjakan salat sunah 2 rakaat sebelum salat subuh. Sejujurnya keberadaannya saat itu justru membuat konsentrasiku buyar. Tapi ternyata sakit perut yang aku rasakan mengalahkan pesona yang dia berikan.
"..... hmmm yasudahlah, toh bisa apa sih aku ini....." bergegas kulangkahkan kaki menuju WC masjid.
Beberapa menit kemudian aku keluar dari WC tersebut "akhirnya... lega juga..... hehehehe"
Tiba-tiba terdengar iqamah yang membuatku sadar aku harus cepat mengambil air wudhu. Terasa begitu terburu-buru aku memakai mukena kembali dengan gerakan yang begitu cepat.
Kakiku langsung bergerak begitu cepat. Ketika aku hendak menaiki tangga, sungguh aku tidak percaya dengan apa yang aku alami. Rasanya terjadi begitu cepat seperti hanya satu detik saja.
Apa yang aku alami. Rasanya terjadi begitu cepat seperti hanya satu detik saja.
Aku berpapasan dengannya. Pertama kali.
Tidak kuasa ku melihat wajahnya apalagi matanya. Sesungguhnya mata yang dia miliki begitu menarik, sayu menentramkan. Tapi apalah daya, yang bisa kulakukan hanya melihat dada yang terbungkus oleh baju koko berwarna merah maroon yang dia kenakan. Hanya bagian dadanya, karena tinggi badanku hanya sampai dadanya saja.
Posisi kami saat itu begitu canggung. Mungkin dia ingin berwudhu lagi setelah melakukan salat sunah 2 rakaat sebelum salat subuh. Saat itu dia hendak ingin mengambil air wudhu, sehingga dia harus turun tangga, sedangkan aku yang sudah berwudhu harus naik naik tangga.
Tangganya pun hanya beberapa anak tangga saja. Dimana setelah melewati anak tangga maka tempat salat akhwat pun terlihat, sedangkan tempat salat ikhwan berada disamping kanan tempat salat akhwat dimana dibatasi dinding. Sama halnya dengan posisi tempat wudhu antara ikhwan dan akhwat yang hanya dibatasi dinding saja.
Sadar akan kehadirannya, aku hanya bisa memalingkan wajahku ke arah kiri. Aku tidak tahu apakah dia melihat ke arahku atau tidak tapi sepertinya dia juga memalingkan muka ke arah kiri.
Tapi entahlah, mungkin dia tidak sengaja melihatku hanya satu detik lalu memalingkan muka, atau dia sama sekali tidak melihat ke arahku. Siapa yang akan peduli tentang hal ini? Tidak, aku sangat peduli.
Aku ingin merekam setiap detik memori kebersamaan kami. Namun aku tidak bisa terus berada dalam memori yang semu saja. Harus aku akui, aliran darahku seketika menjadi hangat. Ada rasa malu juga berharap yang menyelinap tanpa permisi.
Tidak ingin terlalu terbawa suasana aku langsung berjalan cepat menuju tempat salat akhwat kemudian aku salat. Bayangan wajahnya tiba-tiba menghampiri namun langsung aku pejamkan mata ini.
"...astaghfirullahaladzim.... ya Allah, jagalah mata dan hati ini..." ucapku dalam keheningan perasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar