18 November 2011
Pada saat perjalanan pulang aku melihat orang yang udah ga asing  lagi. Dan ya, dia Rina. Temen smpku. Aku lihat dia dari kaca mobil  (tepatnya angkot  antapani) di perempatan jalan Lombok. Aku teringat  akan masa-masa SMP dulu ketika aku sering jalan kaki untuk sampai ke  rumah.
Aku dipertemukan lagi sama temanku itu, karena sekian lama kita ga ketemu setelah pertemuan terakhir kami di Mr Komot beberapa bulan yang lalu. Ya salah satu tempat nongkrongnya Rina dan teman-temannya yang berada di jalan Citarum Bandung utara ini menyuguhkan makanan andalannya. Ya, cheese cake nya yang rasanya sangat cheese  . Kebetulan waktu itu dia mengajak aku buat nemenin dia. Tepatnya sih  nemenin ke-ga jelasan dia hari itu. Well, sebagai teman yang baik aku  temenin dia.
Rina lagi digonceng sama temennya naik motor. Motornya sejenis motor  matic keluaran salah satu perusahaan otomotif yang udah ga asing lagi.  Kebetulan mata kami papasan. Tapi ada yang beda, pada saat mata kami  bertemu, Rina hanya melhatku sekilas lalu memalingkan wajahnya.
Ada apa dengan Rina? apa Rina udah ga kenal lagi sama aku? temen  masa SMP nya dulu? Ah, ko Rina gitu sih ya?. Oh ya mungkin karena kain  segitiga yang aku kenakan pada rambutku membuat dia pangling. Tapi kok hanya karena itu sih? padahal wajahku ini kan amat  familiar? (emang gue artis??? plis atuh euy). Ga, bukan, maksudnya kan  aku sering maen sama dia. Lah masa dia udah lupa? 
 
Aku berusaha untuk menjelajahi sosoknya walau hanya dalam beberapa  detik saja. Aku lihat perawakan badannya masih sama dengan yang dulu.  Rambutnya yang sebahu diikat satu kuncir kuda. Kulitnya yang khas sawo  matang. Wajahnya yang tirus oval. Ya, dia Rina.
Aku lihat pakaian yang ia kenakan. Ya batik. Seperti hari Jumat  biasanya, sekolahnya selalu memakai batik. Tapi ada yang membuat aku  bingung, kenapa motif batik yang ia pakai tidak seperti siswa  sekolahnya, belitung barat. Warnanya pun bebeda karena  biasanya  warnanya abu-abu  hitam. Yang ini lain, warnanya justru biru muda. Memang motifnya sama batik, tapi  secara kasat mata ukirannya tak sama. Justru lebih  seperti batik yang dikenakan siswa belitung  timur. Aku bisa berpendapat demikian karena aku sering melihatnya.
Waktu itu, sekitar bulan April tahun 2008 aku pernah ke rumah  Rina, bersama twins (julukan untuk Riska dan Risma atau yang lebih akrab dipanggil Ica, Ima. Si kembar yang masih bisa dibedakan wajahnya) untuk mengerjakan tugas seni untuk membuat batik  celup. Saat kami sampai di depan pintu rumahnya, kami pencet bel pintu  dan tampaklah sosok wanita keibuan yang keluar membuka pintu itu.Itu  ibunya Rina. Kami di  persilahkan masuk oleh ibunya Rina yang ramah itu.Pada saat kami masuk kedalam rumahnya, terasa sekali atmosfir  kekeluargaan. Ketika kami duduk di ruang tamu,  aku melihat Rina. Tapi dia tidak mengindahkan kami dia justru asik  menonton tv di ruang tamu. Tiba-tiba sosok lain keluar dari kamarnya.  Tapi kenapa wajahnya sama dengan Rina?  dan sosok itu menyapa kami "Eh,  sory ya tadi ngambil kainnya dulu sama kuas terus catnya. Hayu atuh kita  bikin batiknya. "Loh aku jadi bingung, yang ini Rina, yang itu Rina  juga. Jadi ini tuh gimana sih?". 
Dan aku baru ingat dia kembarannya Rina. Rini namanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar