Pages

Senin, 24 Februari 2014

Selasar Lantai Bawah Gedung 4

Dilihat dari beberapa sudut, tempat ini terkadang ramai dan juga terkadang sepi. Banyak mahasiswa berlalu lalang melewatinya dengan gaya acuh tak acuh. Ada yang melewatinya dengan terburu-buru, ada pula yang melewatinya dengan perlahan. Tempat yang dijadikan untuk ajang menunggu, entah menunggu siapa. Bisa teman, seseorang yang spesial, dosen, atau mungkin mata kuliah. Tempat ini dengan setia menemani setiap orang yang gelisah akan penantian. Berlantaikan lapisan ubin persegi berwarna krem yang dijadikan pijakan bagi orang-orang. Ubinnya pun tidak sendirian, ia ditemani oleh empat deretan kursi berbahan besi berwarna perak yang setiap satu deretan memiliki 4 buah kursi yang dirancang menyatu. Di bagian samping terdapat tembok yang dikamuflase menjadi sebuah mading berlebelkan HIMA untuk setiap jurusan. Di antara tembok terdapat dua lorong yang menjadi pusat perhatian mahasiswa jika mereka terlambat masuk kuliah, mereka terjang lorong itu dengan hentakan kaki yang lebar juga nafas yang memburu, dan kembali lagi tempat ini yang menyaksikan semua itu. Saat hujan, tempat ini dapat mengabadikan tetesan air hujan yang turun sehingga pikiran melayang dan mata tiba-tiba melihat pada satu jalan dengan pemandangan yang menyejukan mata, dimana jalan itu menunjuk pada tempat yang dijadikan propaganda jurnalistik dan mesin ketik tua berdiam diri diantara saung-saung dan meja bundar berwarna biru perpayungkan label sosro. Tempat yang selalu bisa beradaptasi dengan segala situasi dan kondisi, membuat mahasiswa betah berlama-lama disana. Entah bersenda gurau dengan sahabat, berdiam diri, atau melamun, semua dilakukan di tempat ini. Tempat yang selalu setia menemani tanpa banyak basa-basi, itulah selasar lantai bawah gedung 4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar