Pages

Sabtu, 08 Oktober 2011

harapan dalam khayalan

“Aduh anak  kecil tahu apa sih, masih bau kencur gitu” itulah kata-kata yang sering diucapkan ibuku jika melihat anak remaja yang  sedang dimabuk cinta, contoh artis yang baru berumur dua puluhan yang memamerkan hubungan mereka.Terlihat pemandangan seperti rangkul-rangkulan, cium sana cium sini ya walau itu hanya terlihat dalam layar tivi saja dan diam-diam aku membatin, anak yang sudah berumur dua puluh saja masih dibilang anak kecil apalagi aku ya?. 

Ya walaupun umurku sekarang sudah tujuh belas tahun, tepatnya bulan april kemarin tetap saja aku merasa benar-benar tidak ahli dalam hal cinta-cintaan, jika melihat anak SD saja aku sudah kalah jauh, mereka sudah punya pacar  satu, dua, tiga, bahkan lima, wow rekor sekali. Bisa tuh jadi playgirl wanna be (loh?), yah makin ngaco aja.  

Aku sangat menyayangi ibuku, tapi maafkan aku ya bu tanpa ibu tahu  sebenarnya anakmu ini sudah pernah jatuh cinta bahkan sudah beberapa kali ya walaupun cintanya harus bertepuk sebelah tangan. Cerita punya cerita dulu aku tidak tahu apa yang dinamakan jatuh cinta, hingga aku merasakannya tanpa terasa meresap dalam hati aku, ngomong-ngomong soal anak SD juga inilah awal dari semuanya, awal dari cinta pertamaku, 7 tahun yang lalu.

Anak kecil itu sukanya bermain dengan teman sebayanya, begitupun juga denganku.  Aku jadi ingat waktu aku kelas 1 SD, di sebuah tempat dimana aku berpijak, rumah kakek dan nenekku tercinta di Banyuwangi. Aku tinggal disini, di sebuah kabupaten di Jawa Timur, tapi Banyuwangi  itu sebenarnya sebuah kota juga, tapi aku tinggal di wilayah kabupatennya, misalnya kalau di Bandung itu Dayeuhkolot.

Aku sangat bahagia tinggal di Banyuwangi, disini aku menemukan kebebasan yang sangat indah. Aku bisa berlarian ke sawah, bersepeda sampai sore, bermain lompat tali bersama teman-teman sebayaku, dan hal-hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. 

Hingga suatu ketika aku harus meninggalkan tempat kelahiranku ini, hal ini terjadi arena ayahku kerja di Bandung. Ayahku memang kerja di kota kembang itu semenjak aku berumur 3 tahun, jadinya aku dan ibuku tinggal di Banyuwangi  bersama keluarga dari ibuku. Mungkin karena ayahku tidak ingin berpisah jauh dari kami makanya aku dan ibu dijemput ayah untuk pergi ke Bandung. Sangat berat memang meninggalkan Banyuwangi karena banyak kenangan yang telah aku dapat disini, tapi aku tidak boleh sedih karena ini demi kebaikan bersama.

Ya kesedihanku tidak berangsur lama karena setiap lebaran aku selalu pulang kampung, jadinya sedikit terobati kalau rindu. Dan pas aku sudah kelas 5 SD, aku pulang kampung dan aku sangat bersemangat untuk menyambutnya, kalau pulang kampung kami selalu naik kereta karena kami tidak punya kendaraan pribadi.

Hari lebaran pun tiba, kalau tidak salah itu pas tahun 2005 kejadiannya, biasanya kalau di kampung halaman aku ada tradisi dimana setiap orang berkunjung dari satu rumah ke rumah yang lain untuk bersilaturahmi yang biasa disebut “ngelencer”. Tradisi ini memang ada dari dulu jadi sudah menjadi kebiasaan hingga saat ini. Dan, ketika aku sampai pada salah satu rumah aku terpaku sejenak, disana aku melihat tiga orang laki-laki remaja yang berusia kira-kira empat belas tahun. Tapi di antara tiga orang itu ada salah satu yang menarik perhatianku, sosok yang familiar menurutku, tubuhnya yang sekarang lebih tinggi berbeda dengan yang aku lihat dulu 4 tahun yang lalu yang masih anak-anak, sekarang wajahnya juga sudah berubah, menjadi lucu dan tampan.

“Eh, kok aku kaya kenal ya sama cowok itu, siapa ya? emmm” aku berusaha untuk mengingat lebih jauh dan aku seketika ingat tentang laki-laki itu. “Oh iya, itu kan mas S, ya ampun ko dia jadi beda ya sekarang? duh...”. Dan aku tidak pernah menyangka ternyata rombongan keluargaku menghampiri mereka untuk bersalaman. Entah perasaan apa yang aku rasakan saat itu, ada rasa deg-deg an yang aku rasakan. 

Nafasku tertahan oleh udara di sekelilingku, jantungku juga berdetak seribu kali lebih cepat dari biasanya, pikiran ku jadi kacau melayang entah kemana, aku bahkan tidak bisa konsen dengan apa yang aku lakukan saat itu. Akhinya aku bersalaman dengan dia dan aku tidak pernah melupakan moment itu, moment yang sangat indah, senyumannya yang ramah, jabat tangannya yang erat begitu menenangkan. Seketika itu juga aku baru menyadari suatu hal yang entah kenapa aku sedikit bingung untuk mendeskripsikannya, aku menyukai mas S.

Tahun berganti tahun, dan tanpa terasa sekarang aku sudah kelas 3 SMA, ya bisa disebut masa dimana bisa menikmati masa muda, bisa meraih cinta-cinta hingga langit ke tujuh dan mereguk indahnya persahabatan, namun terkadang aku masih belum bisa merasakan itu semua. Masih segar di ingatanku bulan Agustus kemarin aku merayakan hari Idul Fitri 1432 Hijriyah dan ya lagi-lagi aku akan bertemu dengan dia, pangeran impianku.. haha. “Semoga nanti aku bisa bersalaman sama dia lagi” aku berkhayal dalam fantasiku di tengah dentuman mesin kereta api yang melaju dengan kencangnya. Aku senang  memanggilnya dengan sebutan “mas” karena memang dia kan lebih tua 3 tahun dariku dan memang lebih enak manggil mas, kan orang jawa hehe.

Tapi kali ini aku sedikit kecewa ternyata Allah tidak mengijinkan aku bertemu dengan pangeranku dan bersalaman dengannya saat hari Idul Fitri tiba, tapi tidak menjadi masalah karena aku masih bisa melihatnya dari balik tirai jendela kamar atau ruang tamu depan rumah kakek dan nenekku. Rumah kakek dan rumah pangeranku hanya dipisahkan oleh jalan raya 2 arah yang cukup besar dan ramai tapi jika dia bolak-balik atau mondar mandir keluar masuk rumahnya aku dapat melihatnya dari kejauhan, benar-benar seru, menjadi pengagum rahasia.

Dia semakin mempesona, tubuhnya makin tegap dan gagah. Rahangnya sekarang menjadi lebih keras, wajahnya menjadi lebih dewasa dan tampan juga terlebih lagi sekarang dia sudah kuliah dan hal ini membuat jantungku berdetak lebih kencang dari yang dulu, sekarang menjadi dua ribu kali lebih cepat haha berlebihan memang tapi apa itu salah? bukannya hal ini sangat wajar? terlebih lagi sebenarnya di usiaku sekarang aku sudah sah untuk merasakan apa yang namanya jatuh cinta, dan itu adalah anugerah dari sang pencipta yang harus disyukuri bukan? aku selalu menikmati setiap perjalanan ini.

Setiap perjumpaan pasti ada perpisahan, dan jika boleh jujur aku benci perpisahan. Libur sekolah telah usai dan aku harus kembali ke Bandung tempat aku menimbah ilmu dan hatiku terasa sakit jika harus berpisah dari kampung halamanku yang amat aku cintai itu, begitu juga meninggalkan sosok itu. Tapi semua harus terjadi dan aku tidak bisa mengelak, tiket kereta api telah dipesan oleh ayah dan ibu untuk kepulangan aku dan ibu ke Bandung. Aku memang pulang dengan ibu karena ayah sudah pulang duluan karena harus kerja, sedangkan aku harus ijin tiga hari karena tanggal keberangkatan di tiket tidak bisa dikompromi.

Pagi itu amat cerah, diselingi kicauan burung yang menari kesana kemari mengepakan sayap, terlihat begitu indah namun tidak sesuai dengan hati aku saat itu, rasanya butiran air mata itu akan jatuh jika aku tidak menyemangati sendiri hatiku yang rapuh. “Ga yanc, kamu harus kuat, katanya kamu mau jadi orang yang sukses? masa kaya gini aja kamu udah nyerah? malu dong!, ini kan ga akan lama, tahun depan kamu bisa kesini lagi kan?”. Seketika itu juga aku menyentuh pelipis mataku yang terdapat satu tetes air mata.
Bus yang ditunggu belum datang juga, biasanya untuk menuju ke stasiun aku selalu naik bus sekitar tiga puluh menit. 

Tapi apa mau dikata mobil besar itu belum kelihatan, padahal aku sudah siap untuk menghadapi perpisahan ini dan terlihat sosok itu keluar dari rumahnya menggunakan t-shirt warna merah dan celana tiga perempat yang semakin membuat dia tampak casual. Aku selalu menikmati hal-hal seperti ini memandang dia dari kejauhan sungguh, ini sangat menyenangkan. Dan aku tidak menyangka pandangan kami bertemu dan aku langsung menundukan kepalaku saat itu juga, tapi sebelum aku melakukan itu aku sedikit menyinggungkan senyum simpulku kepadanya dan dia melihatnya, aku sangat bahagia dengan hal ini. Dia seperti hendak memberikan senyum dan salam terakhir sebagai tanda perpisahan. Allah memang maha baik dan aku tidak akan melupakan kejadian ini.

Ngga enak ya jadi cewek, kalo suka sama orang nggak bisa bilang, bisanya nunggu doang”.  Kutipan dari novel 5 cm tadi benar-benar ngena di hati aku, sekarang aku benar-benar bisa merasakan apa yang namanya penantian itu, penantian yang panjang. Hampir tujuh tahun aku memendam rasa ini ke dia. Tapi ya itu memang bukan masalah yang berarti karena bisa melihatnya dari kejauhan saja itu sudah cukup, tapi ya Rabb mungkinkah Kau mengijinkan aku mengenalnya lebih jauh? hingga kami bisa bercengkrama bersama?. 

Aku selalu membayangkan aku bisa digonceng pake motor sama dia, karena jika dia naik motor yang besar dia terlihat sangat keren, oh pangeran impianku. Apakah bumi dan langit itu bisa bersatu? apakah air dan api bisa menyatu? apakah upik abu itu akan menemukan kebahagiaan bersama orang yang dia cintai?. Sungguh cinta itu memang membingungkan dan merupakan hal yang sangat indah, maka bersyukurlah kita yang masih diberi rasa itu, rasa yang sesungguhnya yang tulus lahir dari lubuk hati yang paling dalam, selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar