Saat hatinya telah kosong tak terisi apapun.. tidak untuk siapapun, tidak untuk Utara maupaun Selatan..
Namun.. kini Rena seperti tidak mempunyai pendirian. Dia bertekad untuk mengosongkan hatinya untuk siapapun untuk saat-saat ini, setelah apa yang dia alami akhir-akhir ini dengan Selatan, kini Rena menyadari 1 hal bahwa perasaanya ini adalah perasaan semu, perasaan yang membuat Rena nelangsa terhadap dirinya sendiri. Rena menyakiti dirinya sendiri. Sejenak Rena berpikir tentang hal ini dan dia tahu apa yang harus ia lakukan.
Tapi? Apa yang kini terjadi? Rena sebenarnya sedang  labil dengan perasaannya sendiri, -tapi sebenarnya Rena tahu siapa yang  lebih labil yaitu Utara-, . Bagaimana dia tidak labil? Utara seperti  memberikan setitik harapan bagi Rena. Utara membuat Rena sedikit  tersenyum, ternyata Utara tidak melupakan Rena, dia masih mengingat  Rena. Hal ini terbukti dengan apa yang dilakukan Utara beberapa waktu  lalu, Utara menjadikan Rena teman di facebooknya. Lalu bagaimana dengan  Rena? tak perlu diragukan lagi, Rena sangat bahagia akan hal ini.
Padahal dia sudah bertekad untuk melupakan Utara,  karena sebenarnya Rena lelah dalam penantiannya. Bayangkan saja Rena  sudah menyimpan perasaan yang begitu dalam kepada Utara selama  bertahun-tahun, namun.. apa respon Utara? Nothing..  
Tapi Rena tetap bersabar dalam penantian yang  konyol itu, dia berusaha untuk tetap menyimpan nama Utara dalam, jauh di  dasar lubuk hatinya. Tapi? Apakah Utara tahu akan hal ini? Apa Utara  peduli? Rena tahu, itu pasti tidak mungkin, itu adalah hal yang paling  tidak mungkin yang dipikirkan Rena, sampai Selatan datang -tidak,  sebenarnya Selatan tidak tiba-tiba datang, namun Rena sendirilah yang  membuat sendiri persaannya, oh ya tidak-karena rasa itu datangnya dari  Allah dan akan kembali ke Allah, Rena hanya menuruti jalan  kehendak-NYA-.
Kini Rena bingung, kepada siapakah dia akan menetapkan hatinya, kepada Utara kah? Selatankah? 
Namun hati tak akan bisa berbohong, walaupun  Selatan akhir-akhir ini sering Rena pikirkan, namun di dasar lubuk  hatinya, Rena menyadari bahwa ia tak akan mungkin bisa melupakan Utara,  orang yang telah mengajarkan Rena apa arti dari cinta yang sebenarnya,  pengorbanan, dan berbagai hal yang Rena sendiri tidak habis pikir.  Kesal, sedih, kecewa, senang, bahagia.. itulah yang Rena rasakan untuk  Utara.
Rena sama sekali tidak mengharapkan apapun dari  Utara, ia sama sekali tidak mengharapkan perasaannya dibalas, jujur  tentulah ia ingin sebenarnya, tapi Rena juga menyadari posisinya, dia  bukanlah siapa-siapa, ia hanyalah orang yang dapat mengagumi sosok Utara  dari kejauhan saja. Namun itu sudah cukup bagi Rena. Apalagi jika  levelnya sudh menjadi teman sungguhlah Rena amat senang. Tapai, apakah  itu akan terjadi? Rena berharap dan terus berharap Utara mau menerimanya  menjadi teman. Menjadi sosok yag dipercaya dan bukan dipandang sebelah  mata.
“Utara tak akan lekang oleh waktu, sampai kapanpun  hati ini tetap untuk Utara, selama aku bisa aku tidak ingin berpaling,  tapi ya Rabb apa yang bisa aku berbuat jika Kau mempunyai rencana yang  indah untukku? Aku hanya bisa menunggu dalam ketidakpastian namun aku  akan menikmati perjalanan ini, perjalanan kepada siapa harusnya hati ini  berlabuh” ucap Rena.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar