Pages

Jumat, 30 Desember 2011

manusia setengah salmon by raditya dika


Inilah Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika. Dan jujur aja buku ini adalah buku Raditya Dika yang pertama aku beli (hehe). Oke cara dapetin buku ini juga butuh penantian, soalnya aku udah pengen beli buku ini kurang lebih satu bulan yang lalu, tahunya sih dari twitternya.

Hingga penantian itu pun akhirnya tiba juga, tepatnya tanggal 24 Desember kemaren Manusia Setengah Salmon akhirnyaaaaa lahir kedunia juga (namun sayang sekali karena umurnya enggak akan bertahan lama karena siap ga siap bakal dipancing sama orang-orang). Seneng juga soalnya terbitnya buku ini juga (rada) spesial karena berbarengan dengan tanggal lahir salah satu orang yang sedang berada di kos-kosannya di Dayeuh Kolot (ehem..happy birthday for you haha).

Yang bikin aku patah hati sementara adalah ketika tanggal terbitnya itu aku ga langsung ke Gramedia dan enggak langsung  beli karena beberapa hal. Dan baru aja nyoba-nyoba nyari di Gramedia Merdeka beberapa hari setelah itu tapi enggak langsung beli  lagi. Sampai tanggal 29 kemaren aku nyoba nyari ke Rumah Buku siapa tahu ada. Dan ternyata ada dooong, betapa bahagianya hati ini  apalagi dapat potongan harga dua belas ribu haha, cukup besar buat ukuran buku yang baru terbit. Intinya seneng banget.

Dan baru aja aku selesai baca Manusia Setengah Salmon ini  dan satu hal : ngakak. Ya, itulah kesan yang aku dapetin setelah baca buku ini. Tapi ga hanya itu aja karena banyak makna yang terkandung dalam setiap bab yang disuguhkan. Garis besarnya sih  kurang lebih tentang "move-on". Ya, mulai dari pindah rumah, pindah hubungan keluarga, sampai pindah hati (wuih haha). Disini tetep ada leluconnya, tapi dibalik lelucon itu ada maknanya.

Banyak sebenarnya yang lucu-lucu dan yang aku suka. Disini pengen nulis kutipan" yang rada ngena aja di hati haha. Yang diambil adalah Sepotong Hati di Dalam Kardus Cokelat, Interview With The Hantus, Penggalauan, Serupa tapi Emang Beda, Manusia Setengah Salmon.


Di bab Sepotong Hati di Dalan Kardus Cokelat tuh kurang lebih tentang orang yang baru diputusin gitu sama pacarnya terus dia harus ngeikhlasin apa yang terjadi dengan move-on. Berikut salah satu kutipannya,

"Gue juga menjadi terlalu sempit buat dia. Dan, ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah, gue dan dia juga tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal yang dirasa sudah tidak lagi saling menyamankan tetap dipertahankan untuk bersama. Mirip seperti gue dan dia. Dan dia, memutuskan untuk pindah".

Terus ada satu kutipan lagi yang ngena "Putus cinta adalah sebuah kepindahan. Bagaimana kita pindah dari satu hati ke hati yang lain. Kadang kita rela untuk pindah, kadang kita dipakasa untuk pindah oleh orang yang kita sayang, kadang kita yang memaksa orang tersebut untuk pindah. Ujung-ujungnya sama : kita harus maju, meninggalkan apa yang sudah menjadi ruang kosong".

Bagi yang baru putus cinta kayanya dalem tuh hhh, haha.

Lanjut ke bab Interview With The Hantus, ngakak hayoo..jadi ceritanya Raditya Dika bakal negewawancarai Genderowo, Pocong, sama kuntilanak. Berikut percakapan antara Raditya Dika sama genderuwo (cuma genderuwo aja yang diambil).

R : Selamat malam, Mas Genderuwo. Satu hal yang langsung saya sadari, rambut Anda bagus sekali ya.
G : (membenarkan rambutnya) Oh iya makasih. Aku tadi ke salon dulu, soalnya aku belum wawancara kaya gini. Jadi harus tampil istimewa. Mmmm, kecium ga bau rambutku? harum ya? aku tadi kerimbat pakai gingseng untuk menguatkan akar rambutku.
R : Ternyata, Anda sangar, tapi ngondek ya? Oh iya saya tahu ini malam jumat dan anda harusnya sibuk gentayangan, jadi terimakasih kesediannya untuk diwawancarai. Saya akui, agak susah menghubungi anda, untungnya saya nemu facebook anda, namanya kalau ga salah : OnDoLUwoh "Cennekk Cellaluuu"^_^
G : Iya. Panggil aku Uwoh aja. Ya ampun, jadi inget Facebook aku udah lama gak di update. Jadi inget juga, Farmville aku belum aku mainin lagi. Aduh, aduh, panik nih. Tenang.. Uwoh gak boleh panik lagi..Tenang...
R : (terdiam beberapa saat) Ternyata, Anda unyu sekali ya.. Sangat-sangat gak mathcing sama tubuh anda. Pertanyaaan berikutnya, dibanding hantu lain, seperti kuntilanak atau pocong, kenapa anda tidak pernah memakai baju?
G : Karena gak ada yang muat ! Kamu gak liat sih badan aku bengkak kaya begini? kenapa sih? kenapa berat badan aku harus dibawa-bawa?aku capek tahu dikit-dikit ngomongin badan. Aku ini kalau gentanyangan di bajaj, badanku pasti nongol setengah karena aku kegedean! sakit hati tau!
to be continued..... (alias musti baca sendiri haha ---------> atau lebih tepatnya tangan pegel ngetik :p).

Ngacung siapa yang suka galau? hahahaha (salah satunya yang lagi nulis ini tapi sekarang udah ngga kok--->masa?)

Nah, di bab Penggalauan ini ada kutipan" galau Raditya Dika, ini dia..

Cinta yang terlalu lama dipendam biasanya jadi penyesalan

Jatuh cinta itu musuh akal sehat

Bagi sebagian orang, mencintai seseorang berarti memenjarakan seseorang

Hampa itu seperti langkah tapi tak berjejak, senja tapi tak jingga, cinta tapi tak dianggap

Orang yang ditolak cintanya seperti mau beli barang yang dia impikan, tetapi uangnya tidak cukup

Mereka yang sedang jatuh cinta, biasanya sering berharap. Dan, mereka yang sering berharap, biasanya sering kecewa

Jatuh cinta sama kamu itu kayak naik histeria. Dibawa naik pelan-pelan lalu dijatuhin tiba-tiba

Naksir diam-diam itu komedi putar. Seakan berjalan, tetapi sebenarnya tidak kemana-mana

to be continued.....(haha biasa tangan gue pegel)

Lanjut yuk ke bab Serupa tapi Emang Beda...

Pacaran : beli baju sama pacarnya. LDR : dikirimin baju sama pacarnya. Jomblo : minjem baju tetangga

Pacaran : pelukan pas nonton konser. LDR : telepon-teleponan pas nonton konser. Jomblo : jadi calo tiket

Ketika ke kawinan. Pacaran :  bawa pacarnya. LDR : bawa titipan salam dari pacarnya. Jomblo : bawa rantang

Ketika malam minggu. Pacaran : ngapel di rumah pacar. LDR : ngapel di depan komputer. Jomblo : ngepel di teras rumah
*LDR : Long Distance Relationship

haha, kocak ya, kalau aku si kayanya pilihan yang ketiga tuh (curhat, nasib") haha. Masih ada yang lain sebenarnya, tapi seperti sebelumnya, tangan lumayan pegel haha.

Nah, ini bab Manusia Setengah Salmon adalah bab perenungan dari Raditya Dika kenapa dia memilih menjadi manusia setengah salmon gini katanya "Gue berpikir, ternyata untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, gue ga perlu menjadi manusia super. Gue hanya perlu menjadi manusia setengah salmon : berani pindah"

Kenapa dia berkata demikian? karena sebelum dia ngomong kaya gitu dia berfilosofi tentang salmon yang dia lihat di discovery channel yang intinya begini : "Setiap tahunnya ikan salmon akan bermigrasi, melawan arus sungai, berkilometer jauhnya hanya untuk bertelur. Beberapa spesies seperti Snake River Salmon bahkan berenang sepanjang 1448 kilometer lebih, dua kali lipat jarak Jakarta-Surabaya. Di tengah berenang, banyak yang mati kelelahan. Banyak juga yang menjadi santapan beruang yang nunggu di daerah-daerah dangkal. Namun salmon-salmon ini tetap pergi, tetap pindah, apa pun yang terjadi"

"Mau tak mau, kita harus seperti ikan salmon. Tidak takut pindah dan berani berjuang untuk mewujudkan harapannya. Bahkan rela mati di tengah jalan demi mendapatkan apa yang di inginkannya"

"Hidup sesungguhnya adalah potongan-potongan antara perpindahan satu dengan lainnya. Kita hidup di antaranya"

Aku setuju sama teori Raditya Dika di bab ini, yaitu intinya dengan move-on : pindah. Setiap kutipan yang dia bilang tuh kayanya ngena ya. Mengibaratkan dari hal ya kita bilang masa sih dengan ikan salmon? gitu kan misalnya. Tapi dia bisa berfilosofi sedemikian rupa.Dan yakinlah yang baru baca pas selesai baca langsung ngerenungin.

Ya pokoknya ramelah bukunya. Buat kalian yang ingin Manusia Setengah Salmon ini. Buruan beli di toko buku kesayanganmu. Jangan lupa siapin kail dan umpan yang akurat ya (read : duit).

Oke, selamat memancing mancing ria yaaah :))

Senin, 12 Desember 2011

Terlambat


Teriknya matahari siang ini tidak membuat Dito menjauhi si kulit bundar itu. Menurutnya si kulit bundar memang belahan jiwanya selain seseorang yang mencuri hatinya. Dilihatnya lapangan charet -sebutan Dito untuk lapangan futsal di sekolahnya yang terdapat pohon karet  besar di sisinya- dari tempatnya berpijak dipenuhi oleh teman-teman satu eksulnya yang asyik menggiring benda itu. Butiran lembut yang memenuhi tubuhnya tidak membuatnya lelah, justru ia sangat menikmati semua ini. Seorang laki-laki jangkung tiba-tiba menghampirinya dari lapangan yang terlihat terengah-engah dan Dito melemparkan sebotol air mineral ke arah laki-laki itu.

“Buset deh, capek banget gue” laki-laki itu menangkap air mineral yang Dito lempar dengan satu tangan.
Dito mengusap keningnya dengan punggung tangannya  “Sama Bim gue juga, tapi asik tahu. Kapan lagi coba? dua minggu lagi kita UAS”.  

Bimo bertolak pinggang sambil berdecak “Yaelah, ini minuman apaan sih? gue maunya minuman yang manis terus bikin badan gue seger alias yang dingin!”.

“Eh botak, minuman soda tuh enggak baik buat kesehatan. Apalagi yang dingin, air mineral udah paling oke. Kita kan baru aja olahraga, nyokap gue juga bilang gitu” Dito menasehati Bimo sambil meminum air mineralnya sendiri.

Bimo menjulurkan lidahnya pada Dito “Dasar anak mami! Dito anak mami, Dito anak mami. Eh lo semua yang lagi main, lo pada tahu ga sih Dito itu anak mami? lihat aja tuh tasnya mau sekolah aja dibekelin makanan sama air mineral”.

Otomatis seluruh teman-teman mereka tertawa terbahak-bahak bersama. Atau lebih tepatnya menertawai Dito.

“Sialan lo, eh jangan percaya deh sama omongan si botak” Dito membalas Bimo dengan menjitak kepalanya yang mulus dan licin itu.

“Apaan sih lo botak-botak. Gue ga botak! gue cuma cepak. Dasar anak mamih” Bimo tak mau kalah kali ini. Debat kusir diantara merekapun terjadi. Hingga tenggorokan mereka terasa kering gara-gara perdebatan ini. Akhirnya mereka menyudahinya.

Beberapa saat kemudian suasana tampak hening dan mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Dito menangkap raut yang berbeda pada wajah Bimo. Sepertinya wajah Bimo berseri-seri kala itu. Selain itu Bimo sempat menyunggingkan senyuman di bibirnya yang tipis dan mungil itu. Tentu saja hal ini membuat Dito penasaran.

“Lo lupa minum obat ya?” Dito memandang wajah sahabat yang dikenalnya semenjak sd itu dengan raut kasihan.

“Enak aja. Gue waras tahu! Lagian ganggu aja sih. Orang lagi ngekhayal juga” Bimo mendengus kesal karena kesibukannya tadi diganggu.

“Hehe, ga biasanya sih. Emang ngekhayalin apaan sih? tumben amat. Jangan-jangan lo kesambet ya?” cengengesan Dito menimpali perkataan Bimo.

“Ngawur. Mau tahu aja sih lo” acuh tak acuh Bimo menanggapi perkataan Dito.

Hening pun terjadi lagi. Lalu tiba-tiba Bimo memulai “Dit, kalau ada seseorang yang selalu ada di samping kita kayanya hidup tuh bahagia yah. Seseorang yang kita cintai yang menemani kita saat suka dan duka”

Mulut Dito menganga lalu menatap sahabatnya itu “Kok, lo jadi melankolis gini? Wah bahaya kayanya gue mesti nyariin lo dokter jiwa, eh salah maksud gue dokter cinta. Lo lagi jatuh cinta ya?”

Sambil tertawa kecil Bimo memandang lapangan charet walaupun di dalam hatinya terdapat keresahan mendalam “Mungkin, dan gue ngerasa cape kaya gini terus. Gue capek mendem perasaan ini terus Dit. Gue mau bahagia.”

“Ya gampang, tinggal nyatain aja. Apa susahnya coba? siapa sih cewek yang lo taksir itu? jangan-jangan anaknya Pak Dedi ya yang baru jadi siswi sekolah ini?” selidik Dito penuh keingintahuan dengan alis yang terangkat ke atas membuat Bimo geli melihatnya.

“Ampun deh kalau sampai anaknya Pak Dedi gamau gue. Bisa-bisa gue disetrap di suruh berdiri di depan kelas buat baca puisi” Bimo mengetuk tangannya ke tanah lalu ke kepalanya.

“Itu sih bukan karena nyuruh lo buat baca puisi. Tapi karena lo belum bikin puisi” sindir Dito.

Pipi Bimo merona “Tahu aja lo. Ah Dit lo bener, gue harus bertindak sekarang. Gue enggak mau nunda-nunda lagi”. Lalu Bimo berdiri menarik tas ranselnya dengan terburu-buru dan meninggalkan Dito.

“Lo mau kemana? siapa sih cewek yang lo taksir?” Dito memicingkan matanya yang terkena sinar matahari.

“Gue mau mencari dia. Mencari cinta gue. Doain ya, entar lo juga tahu sendiri” Bimo tersenyum penuh arti dan jantungnya kini berdetak seribu kali lebih cepat dari biasanya.

Berharap dewi cinta berpihak padanya kali ini. Berharap panah cupid tepat pada sasarannya. Memanahkan panah-panah asmaranya.

Tinggalah Dito menatap langit yang perlahan tetapi pasti berubah menjadi jingga sendirian dalam sepi. Begitu indah dan tentram. Memperlihatkan rupanya yang merona. Seperti hatinya yang merona menunggu hari esok yang selalu dinantinya.

***

Sudah berapa kali Dito selalu merasakan jantungnya berdetak tidak karuan seperti ini, ia tidak pernah menghitungnya. Dirinya begitu gelisah setiap sosok itu ada di hadapannya. Bahkan jika melihat sosok itu hanya dari sudut matapun Dito merasa gelisah tak menentu. Sosok yang menghiasi bunga tidurnya. Sosok yang anggun bagai puteri. Anggun namun begitu sederhana, kecerdasannya terpancar dari auranya ditambah lagi kacamata yang ia kenakan. Semakin membuat Dito tergila-gila dibuatnya. Dito melihat sosok itu berjalan kearah meja yang ia duduki. Nafasnya memburu dan ia pura-pura mengalihkan pandangannya agar sosok itu tidak curiga.

“Dito...” suara itu membuat Dito salah tingkah. Mendengar suaranya yang lembut saja bisa hatinya berdebar-debar.

Dengan memejamkan matanya berharap ritme jantungnya lebih stabil Dito mengangkat wajahnya lalu tersenyum “Oh, hai Priska..”

Sambil membenarkan letak kacamata yang ia kenakan sosok itu menyelusuri meja Dito yang penuh buku  –buku contekan pr tepatnya- “Kamu enggak bikin pr lagi ya?”

Merasa melakukan hal yang salah Dito berusaha memberikan penjelasan sambil tersenyum malu “Kemaren aku ketiduran, badan capek soalnya habis latihan futsal”

Priska hendak mengatakan sesuatu kepada Dito tetapi tertahan karena bu Rika tiba-tiba datang dan memasuki kelas. Bagai mimpi buruk bagi para siswa yang lain, kehadiran bu Rika selalu menjadi suatu hal yang menakutkan. Siswa lain tunggang langgang membenahi meja mereka agar tidak ketahuan mengerjakan pekerjaan rumah. Mereka seperti anak tk yang langsung duduk manis siap bernyanyi dan belajar bersama.

“Gue tebak, pasti bu Rika lupa bawa setrika deh” Robi teman sebangku Dito berkomentar.

“Emang kenapa? Ga ada kerjaan banget bawa setrikaan ke kelas” Dito mencuri kesempatan untuk menyalin pekerjaan Robi.

“Soalnya tuh lihat aja mukanya kusut gitu” suara tertawa Robi terdengar keras. Lalu ia menundukan kepalanya sebagai permohonan maaf kepada teman-temannya yang sepertinya tertanggu oleh suaranya termasuk bu Rika. Dito jadi tertawa melihat ulah teman sebangkunya itu.

Kehadiran bu Rika kali ini adalah untuk membagikan hasil ulangan fisika. Setiap siswa merasa jantungnya mau copot jika bu Rika memanggil nama mereka, seperti Dito dan Robi. Tidak untuk Priska tentunnya.

“Priska..” bu Rika memanggilnya dengan kalem.

Senyuman dari bu Rika yang selalu di dapat Priska, tentu saja karena ia selalu mendapatkan nilai sempurna dalam setiap ulangan. Kontras dengan Dito yang selalu mendapatkan nilai di bawah standar yang menyebabkan ia harus remedial terus menerus. Sampai-sampai bu Rika menjulukinya atau bagi kelompok yang sering mendapat nilai di bawah standar dengan sebutan geng“remed ranger”. Sakit memang, tapi itulah kenyataannya. Hal inilah yang terkadang membuat Dito merasa bukan apa-apa untuk Priska. Dia merasa tidak berguna.

“Udah buruan tembak, entar kesamber orang baru aja nangis darah” Robi menyikut lengan Dito karena memergokinya mencuri-curi pandang ke arah Priska.

“Apaan sih Rob, gue gatau. Gue ga yakin. Gue ngerasa nothing” wajah Dito mendadak memelas membuat Robi kasihan dan ingin memberinya ember untuk menampung air mata Dito kalau tiba-tiba membanjir.

“Bray, lo jangan pesimis gitu kali. Toh belum dicoba kan? kok lo udah nyerah aja, itu namanya kalah sebelum berperang alias cemen” Robi meletakkan tangannya  di atas pundak Dito.

Begitu miris, Dito bisa menasehati sahabatnya Bimo dengan mudahnya. Tapi ia sendiri begitu sulit melakukannya. Ia tidak ingin menjadi laki-laki yang pengecut. Secercah harapan dan semangat tiba-tiba mersasuki dirinya. “Lo bener Rob, gue akan berusaha untuk ngungkapin ini ke Priska, gue harus”

“Itu baru namanya cowok sejati” dua ibu jari terangkat dari tangan Robi untuk Dito.

***

Tekat Dito telah bulat, ia tidak akan membuang waktu dengan percuma. Dito menyelesuri sekolah ini berharap bertemu dengan bidadari yang telah mencuri hatinya, Priska. Tapi ia tidak menemukan Priska setelah pertemuan terakhirnya di kelas tadi. Priska sedang mengikuti ekskul KIR sepertinya. Entah kenapa terbesit keraguan dalam hati Dito sekarang, ia merasa apakah mungkin semua rencananya akan berjalan mulus? Dito mencoba meyakini hatinya.

Dito tidak tahu lagi harus mencari Priska dimana. Hatinya bimbang, dan ia memutuskan untuk pulang saja. Mungkin saat ini bukan waktu yang tepat, pikirnya. Saat Dito memasuki tempat parkir ia melihat sosok yang menawan itu. Priska ada di sana tapi tunggu dulu, apa yang dilakukan Priska di tempat parkir? Tanpa pikir panjang Dito menghampiri gadis pujaannya itu. Dito hendak mengutarakan isi hatinya yang sudah lama terpendam.

“Priska..” suara Dito bergetar menahan kegugupannya.

“Hai Dit, ada apa?” Priska membalas sapaan Dito dengan senyum manisnya hingga  membuat Dito kehilangan kata-kata yang telah ia rangkai sedemikian rupa.

“Pris, aku-..”

“Priska, sory ya lama, tadi aku beli minum dulu di kantin buat kamu”  Priska pun tersenyum kepada sosok yang memanggilnya dan suara ini sepertinya amat familiar bagi Dito.

“Bimo? Lo? Priska” entah kenapa Dito merasa hatinya sakit, ia memiliki firasat yang tidak baik.

“Dito! Ya ampun gue hampir lupa cerita ini sama lo. Ini dia cewek yang gue maksud waktu  itu” Bimo menyapa Dito dengan mukanya yang berseri-seri.

Lalu Bimo meraih tangan Priska dalam genggamannya, begitu mesranya. Hingga meninggalkan luka yang begitu dalam di hati Dito ketika melihat pemandangan yang tidak indah itu. Ia benar-benar tidak sanggup. Tapi Dito tidak bisa berbuat banyak karena semuanya telah terjadi. Sudah terlambat baginya untuk memulai. Terlambat karena kecerobohannya sendiri. Kini semuanya telah berakhir menjadi sebuah cerita lalu. Harapannya telah pupus, hatinya hancur berkeping-keping.

Kini langit seakan merasakan kepedihan hati Dito. Langit meluapkan tetesan air matanya yang membasahi seluruh jiwa dan raganya tak terperi. Bukankah kita harus bahagia jika orang yang kita cintai bahagia? Dito meyakini satu hal dalam dirinya bahwa cinta itu tidak harus memiliki.

“Love is sacrifice” batinnya seiring dengan langkahnya yang tertatih.

***

Jumat, 02 Desember 2011

Sepucuk Rasa Untukmu Will

Untuk seseorang yang paling berharga dalam hidupku..

William Hakim...

Di saat aku merasakan rapuhnya diriku yang porak-poranda karenamu..

Kau selalu bisa membuat diriku tegar untuk menjalani kenyataan pahit ini..

Kau selalu bisa membuat diriku menarik ucapan yang menyudutkanmu...

Kau tahu Will, kau laksana pelita dalam kegelapan hatiku...

Pelita yang memancarkan kedamaian di dalamnya..

Pelita yang terus bersinar bagaikan bintang Polaris di bumi utara sana..

Oh, Will...

Bolehkah aku menyimpan namamu di lubuk hati terdalam ini?

Bolehkah aku mencandumu dalam jiwa dan ragaku?

Oh, Will..

Aku pada dirimu laksana pungguk yang merindukan bulan..

Namun dalam hal ini kau bukanlah bulan Will, tapi kau adalah bintang yang paling bersinar di antara bintang-bintang yang terang di langit..

Kau sang pemuja Champagne Supernova

Will, mungkin butiran lembut yang jatuh di lembaran sederhana ini hingga membentuk ukiran penuh makna menjadi saksi serta melukiskan betapa dalamnya rasa ini padamu..

Rasa yang terpendam sekian lama yang hampir usang termakan debu yang mengotori sisi lembutku..

Tapi.. apa daya Will? Hatiku tidak bisa berpaling darimu..

Kau bagaikan obat bius yang membuat diriku lupa akan segalanya..

Kau membuatku melanggar suatu hal yang tidak pantas dilakukan sebagai seorang perempuan..

Kodratku sebagai seorang perempuan yang tabu menyatakan cinta kepada seorang laki-laki..

Kau pengecualian Will..

Aku ingin berlari menyelusuri hatimu..

Aku ingin melompat ke dalam cintamu...

Aku ingin dimanjakanmu..

Hanyalah bersamamu..

Bukalah hatimu untukku..

Tapi, aku mohon Will... janganlah kau memandangku sebelah mata akan hal ini..

Aku hanya perempuan biasa.. perasaan yang tulus, murni dan sederhana ini datang tiba-tiba atas pemberian dari-Nya..

Sang Maha cinta.....

Apa aku salah Will?

Oh, Will..

Kau tahu?

Aku memikirkanmu setiap waktu..

Siang dan malam..

Kau yang memenangkan hati ini Will..

Saat aku tahu kau memilih perempuan lain untuk mendampingi dirimu hatiku sakit Will..

Entah kenapa hati ini merasa perih, bagaikan diiris sembilu...

Tapi.. kekuatan cinta tidak pernah salah Will..

Bukankah ketulusan dan pengorbanan selalu menjadi keindahan tersendiri?

Oh, Will...

Terkadang aku iri kepada kutub-kutub magnet ..

Kau ingin tahu alasannya Will?

Ya.. aku iri kepada kutub-kutub itu.. kutub utara dan selatan yang bermuatan positif dan negatif itu ..

Mereka berbeda, tapi mereka saling tarik-menarik..

Sedangkan kita?

Kita tidak saling tarik menarik..

Kita saling menjauh..

Atau kau yang menjauhiku Will?

Apakah ini artinya kita tidak akan bersatu?

Jawab aku Will..

Oh, Will..

Kau tahu jika aku memikirkan dirimu aku bisa gila Will..

Aku menggilaimu...

Semua yang ada di dalam dirimu yang mempesonaku..

Dalam fantasiku aku membayangkan kau menyelipkan cincin di jari manisku..

Tapi aku tahu Will, itu tidak akan mungkin terjadi..

Kini kau termiliki oleh yang lain..

Di tengah persimpangan jalan aku harus berjalan sendirian..

Tidak ada dirimu disisiku Will..

Tenanglah Will, walaupun ragamu tidak di sisiku kali ini..

Namun terang yang ada di ujung langit malam sana memberi rasa percayanya padaku Will..

Bahwa kau selalu ada untukku..

Bintang Polarisku..

Will, kau tidak akan lekang oleh waktu..

Aku mencintaimu...

With whole of my heart


Karla

puisi adaptasi dari novel forgiven by morra quatro

Renalou  2-12-2011
 

Kamis, 01 Desember 2011

Name Of The Game (Cinta Adalah Permainan)

 kau membuka kartumu satu per satu, perlahan-lahan dan sangat menggodaku
 jantungku berpacu cepat, apakah ini saatnya kau mengetahui rahasiaku yang sebenarnya?
 aku menggigit bibir, kurasakan keringat dingin mengucur pelan dikening,
           waktuku kian menipis..
 inilah saatnya !

Sabtu, 19 November 2011

Tooth Comb

Dia begitu ringan dan sederhana. Bentuknya yang lurus pipih dengan gerigi membuatnya sangat praktis untuk dibawa. Dia adalah sosok yang menemaniku setiap saat. Di saat pagi, siang, sore, dan malam hari. Dimanapun aku berada. 

Terkadang aku mengacuhkannya untuk beberapa waktu dan dia tidak pernah protes sama sekali. Tapi jika aku kehilangannya aku merasa ada yang kurang. Dia sangat berguna pada saat dibutuhkan. 

Ya aku biasa memanggilnya Tooth Comb. Comb ku yang satu ini memang sangatlah spesial. Aku senang menyentuhnya dengan jemariku yang lentik karena bentuknya yang unik. Pupil mataku tak henti menatap badannya yang terbungkus oleh warna merah marun. Warna kesukaanku. 

Setiap kali aku selipkan geriginya pada mahkotaku kurasakan sensasi yang luar biasa. Dengan geriginya yang rapat dan jarang itu seakan menarik mahkotaku secara kasar pada awalnya, lalu memberikan kelembutan pada akhirnya. 

Ku gerakan Comb ku perlahan ke atas lalu ke bawah. Begitupun seterusnya, dan aku menikmati setiap gerakan ini. Tak heran walaupun dia sering nakal dengan ulahnya yang membuat pangkal mahkotaku tarasa perih oleh gesekannya, anehnya aku justru ketagihan. 

Dia yang membuat mahkotaku semakin cantik. Walaupun banyak comb-comb yang lain di dunia ini tidak akan membuat hatiku berpaling darinya. 

Dia yang terspesial.

Jumat, 18 November 2011

Rocketeer-Far East Movement feat Ryan Tedder

Here we go, come with me
There’s a world out there that we should see
Take my hand, close your eyes
With you right here, I’m a rocketeer

Let’s fly (fly,fly,fly,fly)
Up, up here we go, go
Up, up here we go, go
Let’s fly (fly,fly,fly,fly)
Up, up here we go, go
Where we stop nobody knows

Where we go, we don’t need roads
And where we stop nobody knows
To the stars if you really want it
Got a jetpack with your name on it
Above the clouds and the atmosphere
Say the words and we outta here
Hold my hand if you feelin scared
We’re flyin up, up outta here

Here we go, come with me
There’s a world out there that we should see
Take my hand, close your eyes
With you right here, I’m a rocketeer
Let’s fly (fly,fly,fly,fly)
Up, up here we go, go
Up, up here we go, go
Let’s fly (fly,fly,fly,fly)
Up, up here we go, go
Where we stop nobody knows

Baby, we can stay fly like a G6
Shop the streets of Tokyo, get your fly kicks
Girl, your always on my mind
Got my head up in the sky
And I’m never lookin down, feelin priceless

Yeah, where we at? only few have known
Were on some next level, super mario
I hope this works out, cardio
Until then let’s fly
Geronimo

Here we go, come with me
There’s a world out there that we should see
Take me hand, close your eyes
With you right here, I’m a rocketeer
Let’s fly

Yo, now I ain’t ever been to space before
But I ain’t never seen a face like yours
You make me feel like I can touch the planets
You are the moon girl, watch me grab it
See, I ain’t ever seen a star this close
You got me stuck by the way you glow

I’m like oh, oh, oh, oh
I’m like oh, oh, oh, oh
Here we go, come with me
There’s a world out there that we should see
Take my hand, close your eyes
With you right here, I’m a rocketeer

Let’s fly (fly,fly,fly,fly)
Up, up here we go, go
Up, up here we go, go
Let’s fly (fly,fly,fly,fly)
Up, up here we go, go
Where we stop nobody knows

glam

pantas saja

18 November 2011

Pada saat perjalanan pulang aku melihat orang yang udah ga asing lagi. Dan ya, dia Rina. Temen smpku. Aku lihat dia dari kaca mobil (tepatnya angkot  antapani) di perempatan jalan Lombok. Aku teringat akan masa-masa SMP dulu ketika aku sering jalan kaki untuk sampai ke rumah.

Aku dipertemukan lagi sama temanku itu, karena sekian lama kita ga ketemu setelah pertemuan terakhir kami di Mr Komot beberapa bulan yang lalu. Ya salah satu tempat nongkrongnya Rina dan teman-temannya yang berada di jalan Citarum Bandung utara ini menyuguhkan makanan andalannya. Ya, cheese cake nya yang rasanya sangat cheese . Kebetulan waktu itu dia mengajak aku buat nemenin dia. Tepatnya sih nemenin ke-ga jelasan dia hari itu. Well, sebagai teman yang baik aku temenin dia.

Rina lagi digonceng sama temennya naik motor. Motornya sejenis motor matic keluaran salah satu perusahaan otomotif yang udah ga asing lagi. Kebetulan mata kami papasan. Tapi ada yang beda, pada saat mata kami bertemu, Rina hanya melhatku sekilas lalu memalingkan wajahnya.

Ada apa dengan Rina? apa Rina udah ga kenal lagi sama aku? temen masa SMP nya dulu? Ah, ko Rina gitu sih ya?. Oh ya mungkin karena kain segitiga yang aku kenakan pada rambutku membuat dia pangling. Tapi kok hanya karena itu sih? padahal wajahku ini kan amat familiar? (emang gue artis??? plis atuh euy). Ga, bukan, maksudnya kan aku sering maen sama dia. Lah masa dia udah lupa?

Aku berusaha untuk menjelajahi sosoknya walau hanya dalam beberapa detik saja. Aku lihat perawakan badannya masih sama dengan yang dulu. Rambutnya yang sebahu diikat satu kuncir kuda. Kulitnya yang khas sawo matang. Wajahnya yang tirus oval. Ya, dia Rina.

Aku lihat pakaian yang ia kenakan. Ya batik. Seperti hari Jumat biasanya, sekolahnya selalu memakai batik. Tapi ada yang membuat aku bingung, kenapa motif batik yang ia pakai tidak seperti siswa sekolahnya, belitung barat. Warnanya pun bebeda karena  biasanya  warnanya abu-abu hitam. Yang ini lain, warnanya justru biru muda. Memang motifnya sama batik, tapi secara kasat mata ukirannya tak sama. Justru lebih  seperti batik yang dikenakan siswa belitung timur. Aku bisa berpendapat demikian karena aku sering melihatnya.

Waktu itu, sekitar bulan April tahun 2008 aku pernah ke rumah Rina, bersama twins (julukan untuk Riska dan Risma atau yang lebih akrab dipanggil Ica, Ima. Si kembar yang masih bisa dibedakan wajahnya) untuk mengerjakan tugas seni untuk membuat batik celup. Saat kami sampai di depan pintu rumahnya, kami pencet bel pintu dan tampaklah sosok wanita keibuan yang keluar membuka pintu itu.Itu  ibunya Rina. Kami di persilahkan masuk oleh ibunya Rina yang ramah itu.Pada saat kami masuk kedalam rumahnya, terasa sekali atmosfir kekeluargaan. Ketika kami duduk di ruang tamu, aku melihat Rina. Tapi dia tidak mengindahkan kami dia justru asik menonton tv di ruang tamu. Tiba-tiba sosok lain keluar dari kamarnya. Tapi kenapa wajahnya sama dengan Rina?  dan sosok itu menyapa kami "Eh, sory ya tadi ngambil kainnya dulu sama kuas terus catnya. Hayu atuh kita bikin batiknya. "Loh aku jadi bingung, yang ini Rina, yang itu Rina juga. Jadi ini tuh gimana sih?".

Dan aku baru ingat dia kembarannya Rina. Rini namanya.

Jumat, 11 November 2011

irish-goo goo dolls

And I'd give up forever to touch you
'Cause I know that you feel me somehow
You're the closest to heaven that I'll ever be
And I don't want to go home right now

And all I can taste is this moment
And all I can breathe is your life
'Cause sooner or later it's over
I just don't want to miss you tonight

And I don't want the world to see me
'Cause I don't think that they'd understand
When everything's made to be broken
I just want you to know who I am

And you can't fight the tears that ain't coming
Or the moment of truth in your lies
When everything feels like the movies
Yeah you bleed just to know you're alive

And I don't want the world to see me
'Cause I don't think that they'd understand
When everything's made to be broken
I just want you to know who I am

And I don't want the world to see me
'Cause I don't think that they'd understand
When everything's made to be broken
I just want you to know who I am

And I don't want the world to see me
'Cause I don't think that they'd understand
When everything's made to be broken
I just want you to know who I am
 

I just want you to know who I am
I just want you to know who I am
I just want you to know who I am

the time

“Time is priceless, but it’s Free. You can’t own it, you can use it. You can spend it. But you can’t keep it. Once you’ve lost it you can never get it back.”

The Time Traveler’s Wife

just..

fate

“Fate is like a strange, unpopular restaurant, filled with odd waiters who bring you things you never asked for and don’t always like.”

Lemony Snicket, A Series of Unfortunate Events

brown

a life

"the past is behind, learn from it

  the future is ahead, prepare for it

  the present is here, live it”

Tabel Periodik baru! *Dipatenkan

Dari  International Union of Pure and Applied Physics

Ada elemen baru yaitu  unsur Darmstadtium (110),Roentgenium (111) dan Copernicum (112). Ketiga nama itu tuh atas dasar Darmstadt (Tempat ditemuinnya), Wilhem Rontgen (Penemu X-Ray) dan Nicolaus Copernicus (tau lah ya, yg mnjelaskan alam semesta taun 1533). Nahloh para penerbit buku2….. hahaha

galau?

Ketika Tuhan Menciptakan Wanita (reblog from alvindesign tumblr :D)

Ketika itu, malaikat datang dan bertanya…”Mengapa kau begitu lama menciptakan Wanita Wahai Tuhan?”

Tuhan menjawab, “Sudahkah engkau melihat setiap detail yang saya ciptakan untuk WANITA?” “Dua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan, dan semua itu hanya dengan 2 tangan”.

Malaikat menjawab dan takjub,” hanya dengan 2 tangan ??? tidak mungkin!!!!!!!”

Tuhan menjawab “tidak kah kau tau„,dia jg mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan bisa bekerja 18 jam sehari “.

Malaikat mendekat dan mengamati WANITA tersebut, dan bertanya, ” Tuhan„,kenapa wanita terlihat begitu lelah dan rapuh ? seolah2 terlalu banyak beban baginya..”

Tuhan menjawab ” itu tidak seperti yang kau bayangkan, itu adalah air mata..”

“untuk apa??” tanya malaikat..

Tuhan melanjutkan
” air mata adalah salah satu cara dia mengekspresikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan, dan kebanggaan. Serta Wanita ini mempunyai kekuatan mempesona laki2. ini hanya beberapa kemampuan yang dimiliki WANITA…..”
“dia dapat mengatasi beban lebih dari laki2, dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri…..”
“dia mampu tersenyum saat hatinya menjerit, mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan….”
” dia berkorban demi orang yang dicintainya..”
” dia mampu berdiri melawan ketidakadilan…”
” dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang….”
” dia senang dan bersorak saat kawannya tertawa bahagia…”
” dia begitu bahagia mendengar suara kelahiran….”
” dia begitu bersedih mendengar berita kesakitan atau kematian, tapi dia mampu mengatasinya…dia tau bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka….”

“CINTANYA TANPA SYARAT”

” HANYA ADA 1 YANG KURANG DARI WANITA, DIA LUPA BETAPA BERHARGANYA DIRINYA”

My..

Jumat, 04 November 2011

cinderella ga selamanya harus sama pangeran

Malam itu Cinderella telah membius pangeran dengan pesonanya. Namun takdir tidak selalu berpihak. Cinderella tiba-tiba menghilang dari keramaian dan meniggalkan sejuta tanya di hati pangeran. Hanya sepatu kaca yang tergeletak di lantai itu yang menjadi pelipurlara pangeran. Ia simpan sepatu kaca  itu di lemari khusus agar sepatu itu terjaga.

Suatu ketika karena rindunya sang pangeran kepada Cinderella, dikeluarkanlah sepatu kaca dari lemari khusus itu dan disimpan di atas meja kerjanya. Dipandangi sepatu kaca itu dengan seksama oleh pangeran. Tiba-tiba ponselnya bunyi dan ia segera meraih ponsel yang ada di atas kasurnya. Tanpa sengaja saat pangeran berdiri sikutnya menyenggol sepatu kaca itu dan praaaang. Sepatu kaca pecah dan berserakan di lantai.

Hati pangeran tiba-tiba sakit. Entah apa yang membuat ia merasa seperti itu. Ia lihat serpihan sepatu kaca itu sekali lagi dan memungutnya. Pangeran memaki dirinya sendiri karena telah merusak sepatu kaca yang dimilki oleh orang yang membuatnya jatuh cinta. Lalu dengan segenap hatinya ia eratkan  serpihan sepatu kaca  itu menggunakan lem dan menyatukanya satu demi satu hingga menyatu kembali walaupun retakan pada sepatu itu masih jelas terlihat. Sangat tidak masuk akal memang sebuah kaca yang pecah dapat disatukan kembali. Tapi inilah kenyatannya. Kekuatan mencinta.

Waktu terus berjalan seperti bumi yang terus berotasi bahkan berevolusi. Sang pangeran menjadi sosok yang labil. Ini semua karena Cinderella. Bahkan sampai-sampai ia pernah sakit selama satu bulan gara-gara memikirkan Cinderella. Akhirnya dia sudah tidak tahan lagi. Ia akan mencari Cinderella walau sampai ke ujung samudra Atlantik.

Pencarian pun dimulai dan tentunya pangeran tidak lupa membawa sepatu kaca itu. Ditemani Eros sang kuda pejantan yang selalu menemani pangeran kemanapun pangeran berkelana. Tidak ketinggalan juga dua pengawal setianya  yang terkadang bersikap tolol. Lucas yang  selalu memakai baju terbalik dan Doski yang selalu memenuhi mulutnya dengan makanan. Mereka tetap percaya diri.

Pangeran membelai tengkuk Eros  “Hei dimana Lucas? Seharusnya dia sudah ada disini. Kita tidak punya banyak waktu Dos,...”

“Tau tuh bos, udah beberapa hari ini ga keliatan. Cuti kali ya” sambil mengunyah burger sampai belepotan mukanya.

Tidak ada Lucas tidak akan menjadi masalah. Batin pangeran. Tapi pangeran tidak menyadari justru tidak ada Lucas saat itu akan menjadi sesuatu.  Dari satu desa  ke desa lain pangeran terus mencari Cinderella. Tapi nihil Cinderella sulit ditemukan. Hingga ia sampai di suatu desa yang terdapat sebuah rumah berasitektur kuno namun elegan. Disana ia bertemu dengan ibu dan dua saudara tiri Cinderella. Pangeran bertanya dimana Cinderella. Tapi jawaban ibu tiri Cinderella justru tidak memberi ketenangan. Namun menambah kekalutan.

“Oh, dia. Ngapain sih pangeran kamu nyari dia? dia udah ga tinggal disini lagi. Dia kabur. Mending menikah aja sama anak saya” pernyataan ini membuat pangeran ingin cepat-cepat pergi.

Pangeran semakin frustasi saja. Di tengah kegamangannya ia mengajak Doski untuk kembali lagi ke kota karena sudah tidak ada harapan lagi. Dan perjalanan mereka berhenti pada sebuah club yang entah sejak kapan ada di wilayah itu. Mereka memasuki club yang sangat asing di penglihatan pangeran. Dan dia ditawari minuman sejenis vodka oleh seorang bartender. Tanpa pikr pangeran meneguk vodka itu sampai habis. Rasanya pahit dilidahnya.

Tiba-tiba mata pangeran tertuju pada panggung yang gemerlap itu. Diselingi lampu yang kelap-kelip. Ia seperti mengenali perempuan yang sedang asik menghentakan tubuhnya untuk mengimbangi musik. Dia bersama seorang laki-laki dan ia mengenalinya. Mereka berpelukan sekilas. Pangeran membenci ini. Lalu pangeran menghampiri mereka.


“Lucas, kamu? Ngapain kamu disini? Bagus banget pergi tanpa ijin” pangeran memaki Lucas di depan banyak orang. Dan di depan orang yang ia cari selama ini. Cinderella.

“Sory bos, aku udah ga tahan sama ke otoriteran yang ada di istana. Pengen seneng-seneng dikit” Lucas dengan santainya menjawab dan selalu seperti biasa. Baju yang ia pakai terbalik.

Pangeran geram dan matanya langsung menatap Ciderella  “Apa kamu pemilik dari sepatu kaca ini?”

“Iya bener. Ya ampun jadi sepatu itu ada di pangeran ya? aduh pangeran tuh ya bikin hidup aku pusing deh”  bukan sikap ini yang diinginkan pangeran.

Pangeran jadi bingung  “Loh emangnya kenapa? harusnya kan bagus berarti dengan ini kita bisa ketemu terus nikah?”

“Tahu ga sih pangeran? Gara-gara sepatu kaca aku hilang sebelah ibu peri nyuruh aku buat ngegantiin soalnya ibu peri nyewa dari toko di kahyangan. Kalo sampai aku ga bisa ganti minimal pake duit nanti aku di bawa ke kahyangan dijadiin pembantu. Kan sedih pangeran di bumi jadi pembantu masa di kahyangan jadi pembantu juga? Capek. Gara-gara minggu depan uda  udah jatuh tempo aku bakal di bawa ke kahyangan. Pengeran puaskan? Coba mana aku lihat sepatunya” dan pangeran memberikan sepatu kaca itu kepada Ciderella.

“Aduh, kok jadi kaya gini sih ah ini sih ibu peri  tidak akan nerima” dan dilemparlah sepatu kaca itu dan hati pangeran sakit. “Udah ah yu Cas kita kesana” Cinderella menggandeng tangan Lucas dan Lucas menjadi tidak enak kepada pangeran. Orang yang telah membayarnya justru kini ia meyakiti hati bosnya sendiri.

Sang pangeran terdiam di tengah dinginnya pemikiran. Kini ia sadar bahwa semua pengorbanan yang ia lakukan selama ini sia-sia di mata Cinderella.  Ia baru mengerti apa arti dibalik pecahnya sepatu kaca milik Cinderella, bahwa pecahnya sepatu kaca itu menandakan berakhirlah hubungan tersirat yang mereka jalin walau hanya dalam beberapa jam dan pangeran sendiri yang merasakannya. Dan retakan yang masih terlihat di sepatu kaca itu menandakan tidak akan bisa mengembalikan rasa percaya itu seperti dulu. Hati terasa makin sakit dan harapan itu lenyap. Bagaimana dengan Cinderella? Apakah dia juga mencintai pangeran?

Kejadian tadi telah membukakan hati pangeran bahwa Cinderella bukan yang terbaik untuknya. Karena Cinderella justru memilih orang yang tidak lebih baik dari pangeran.

“Dasar cewek bodoh”

Sang pangeran pergi dari club itu ditemani Doski yang bingung harus berkata apa.

Senin, 31 Oktober 2011

E.T-Katy Perry

You're so hypnotizing
Could you be the devil? Could you be an angel?
Your touch magnetizing
Feels like I am floating, leaves my body glowing

They say be afraid
You're not like the others, futuristic lover
Different DNA
They don't understand you

You're from a whole other world
A different dimension
You open my eyes
And I'm ready to go, lead me into the light

Kiss me, ki-ki-kiss me
Infect me with your love and
Fill me with your poison

Take me, ta-ta-take me
Wanna be a victim
Ready for abduction

Boy, you're an alien
Your touch so foreign
It's supernatural
Extraterrestrial

You're so supersonic
Wanna feel your powers, stun me with your lasers
Your kiss is cosmic
Every move is magic

You're from a whole other world
A different dimension
You open my eyes
And I'm ready to go, lead me into the light

Kiss me, ki-ki-kiss me
Infect me with your love and
Fill me with your poison

Take me, ta-ta-take me
Wanna be a victim
Ready for abduction

Boy, you're an alien
Your touch so foreign
It's supernatural
Extraterrestrial

This is transcendental
On another level
Boy, you're my lucky star

I wanna walk on your wavelength
And be there when you vibrate
For you I'll risk it all

Kiss me, ki-ki-kiss me
Infect me with your love and
Fill me with your poison

Take me, ta-ta-take me
Wanna be a victim
Ready for abduction

Boy, you're an alien
Your touch so foreign
It's supernatural
Extraterrestrial, extraterrestrial, extraterrestrial

Boy, you're an alien
Your touch so foreign
It's supernatural
Extraterrestrial

Kamis, 27 Oktober 2011

haramkah-melly goeslaw

Haram-haramkah aku
Bila hatiku jatuh cinta
Tuhan pegangi hatiku
Biar aku tak jadi melanggar
Aku cinta pada dirinya
Cinta pada pandang pertama
Sifat manusia ada padaku
Aku bukan Tuhan

Haram-haramkah aku
Bila aku terus menantinya
Biar waktu berakhir
Bumi dan langit berantakan

Aku tetap ingin dirinya
Tak mungkin aku berdusta
Hanya Tuhan yang bisa jadikan
Yang tak mungkin menjadi mungkin

Reff:
Aku hanya ingin cinta yang halal
Di mata dunia juga akhirat
Biar aku sepi aku hampa aku basi
Tuhan sayang aku

Aku hanya ingin cinta yang halal
Dengan dia tentu atas ijinNya
Ketika cinta bertasbih
Tuhan beri aku cinta
Ku menanti cinta…

Rabu, 26 Oktober 2011

tak ingin

Aku tidak pernah tahu kalau harus bertemu lagi dengannya dalam keadaan seperti ini. Dadaku terasa sesak, nafasku tercekat dan pikiranku melayang entah kemana. Aku masih ragu apakah benar itu dia? ku lihat dia sekali lagi secara lebih detail.  Jujur aku enggan menatapnya lebih lama, namun hatiku tidak bisa bohong. Hasrat yang ada dalam diriku jauh lebih kuat dari apapun.

Aku pandangi ia dari ujung kepala hingga ujung kaki. Matanya sipit namun begitu tajam jika memandang, hidungnya yang mancung, bibirnya yang mungil tipis dan satu lagi yang membuatku tidak bisa melupakannya. Ya lesung pipi yang ia miliki memiliki daya tarik yang belum pernah aku lihat . Apalagi jika ia tersenyum. Sungguh amatlah manis dan tampan. 

Dan juga kini dadanya lebih bidang, tinggi badannya menjulang sehingga aku harus mendongak ke atas jika ingin melihatnya dan rahangnya menjadi lebih keras. Sungguh menecerminkan kedewasaan yang belum aku lihat sebelumnnya darinya. 

Dia tetap sama seperti pertama kali aku lihat 7 tahun yang lalu ketika ia turun dari mobil Honda CRV  berwarna silver bedanya kini ia lebih dewasa. Dan ternyata benar itu Gabriel. Cinta pertamaku.

“Hai Khansa apa kabar?” Gabriel mengulurkan tangannya kepadaku.

“Hai. Ya aku baik-baik saja bagaimana denganmu?” ku jabat tangannya seraya memberikan senyum simpul kepadanya tapi ia tidak tahu jika jantungku berdetak seratus kali lebih cepat. 

Dan aku berusaha untuk tenang. Bersikap biasa.

“Wah, ternyata kalian sudah saling kenal? Ini kebetulan yang sangat menyenangkan” Richard tiba-tiba datang diantara kami dan membuatku sedikit lega.

“Iya begitulah. Gabriel adalah kakak kelasku waktu SMA dulu” aku menjawabnya asal sedangkan mataku tertuju pada panggung yang megah itu. Menghindar.

“Oh pantes udah kaya reunian aja nih haha” Richard tertawa begitu lepas padahal ia tidak tahu yang sesungguhnya. Tepatnya yang terjadi pada partnernya ini. Dasar asisten aneh juga gokil.

“Baguslah aku juga baik-baik saja. Masih suka es krim?” tanyanya lembut membuat perasaanku melayang. Ternyata dia masih ingat.

\Kami berbincang-bincang lama sekali. Dan aku menikmati semua ini. Sungguh aku rindu saat-saat seperti ini. Tetapi jika mengingat masa-masa itu hatiku sakit. Luka itu masih ada.

Tiba-tiba seorang wanita cantik yang memakai gaun vintage berwarna peach itu datang menghampiri kami. Tubuhnya bak model berjalan anggun membuat semua mata tertuju padanya.

“Sayang, aku cari-cari kamu daritadi ternyata kamu disini. Anterin pulang yuk aku udah bosen disini” wanita itu menggenggam tangan Gabriel.

Rasanya hatiku sakit melihat itu. Aku tidak ingin rasanya berada disini. Aku ingin lari. Pergi entah kemana.

“Cie pasangan yang satu ini bikin sirik aja sih. Kapan nikah? undang-undang dong” asisten yang sangat tidak tahu perasaan bosnya.

Gabriel menatapku. Tapi tak ku balas tatapannya. Dia seperti ingin menjelaskan sesuatu tapi aku tidak peduli.

“Ya gitu deh, doain aja ya aku pasti undang semua orang yang ada disini kok. Yu ah say kita pulang.”  wanitu itu menatap Gabriel yang tidak dibalas oleh Gabriel. Gabriel justru menatapku.

“Oh, ya baiklah kita akan segera pulang. Khansa, aku pergi dulu. Richard pertemuan selanjutnya kita atur lagi”

“Beres bos. Kabari aja lagi” Richard memberikan hormat seperti sedang upacara saja. Ada-ada saja orang ini.

Gabriel berlalu begitu saja. Dan aku hanya mematung. Aku merasa sangat benci dengan keadaan seperti ini. Kenapa daridulu harus seperti ini? Kenapa aku dan Gabriel tidak pernah bisa bersatu?. Apakah aku tidak pantas untuk mencintai dan dicintai?

Minggu, 16 Oktober 2011

Hatred (part 2)

Bunyi ponsel itu sangat nyaring sekali. Memaksa mataku untuk terbuka, padahal aku sangat enggan untuk membuka mataku ini. Dan akhirnya aku memustuskan sambungan ponsel itu. Tapi ponsel itu sangat nakal, ia berbunyi semakin nyaring membuatku terbangun dan rasanya ingin sekali melempar ponsel ini ke arah tembok itu. Tapi kuurungkan niatku itu karena di layar tertera nama “Jasmine” dan aku angkat juga panggilan itu.

“Hai Jasmine” kurasakan mulutku sangat pahit ketika berbicara

“Apa? ya baiklah aku akan segera kesana.”

“Jam 11? tidak masalah percayakan semua padaku”

Sambungan ponsel  itu akhirnya terputus.

Aku merasa kepalaku sangat pusing, pandanganku mulai kabur dan badanku lemas. Rasanya enggan untuk terlepas dari tempat tidur. Tapi aku tidak boleh seenaknya, Jasmine sahabatku menyuruhku untuk ke kampus karena ada hal yang harus kami bicarakan tentang  tugas program bisnis.

“Kamu sudah bangun Macherie?” suara itu sangat familiar di telingaku

“Yah, itu karena telepon ini. Aku ingin tahu apa yang terjadi padaku? kepalaku pening”

Sambil membawa susu hangat serta roti bakar kesukaanku, Vranda duduk di samping   dan mengusap kepalaku.

“Sudah berapa kali aku katakan kepadamu Cherie janganlah kamu sering minum vodka itu. You’re get drunk. Untunglah Jordan melihatmu dan segera menelponku. Aku langsung ke Atlanta Phipps

“Dasar bartender bodoh untuk apa dia menelponmu jadinya aku tidak bisa menikmati minuman itu leluasa” pandanganku kosong

“Apa? justru kamu yang bodoh. Untuk apa kamu terus-terusan seperti ini Cherie? Shalom? C’mon you must back to reality. Shalom bukan segalanya sekarang. Dia tidak mendengarkanmu lagi”

Aku hanya diam dan pikiranku entah kemana dan rasanya perutku mual.

Aku segera bangkit dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi. Rasanya aku ingin mengeluarkan sesuatu dari perutku dan aku benar-benar tidak tahan lagi. Dan aku memuntahkan yang ada dalam perutku.

Rasanya lega sekali tapi badanku jadi tidak enak.

“Itulah akibat dari kebiasaan bodohmu itu” Vranda berdiri di samping kamar mandi dengan melihatku prihatin.

“Iya aku memang bodoh, dan aku akui semua itu Vranda. Tapi aku benar-benar tidak bisa membuat Shalom berfikir buruk terhadapku. Aku belum menjelaskan padanya tentang semua ini” bulir-bulir air mataku tiba-tiba berjatuhan lembut.

“Tanpa kamu katakan aku sudah mengerti. Jangan menangis Cherie aku tidak sanggup melihatmu menangis” Vranda memopang badanku yang hampir jatuh dan ia memelukku erat.

Hal inilah yang selalu membuat aku bertahan.

***

Georgia College University

Entah kenapa aku selalu kagum jika melihat bangunan ini. Arsitekturnya yang sangat unik dan memiliki ukiran yang tidak biasa. Kampus di wilayah Hancock Street, Milledgeville ini selalu memberikan kejutan yang belum aku rasakan. Disini pulalah aku bertemu dengan Shalom.

Parkiran kampus ini sekarang terihat penuh. Aku menjadi sedikit aneh dengan ini semua. Entah kenapa aku merasa asing dengan keadaan ini. Mungkin karena seringnya aku tidak hadir saat pembelajaran berlangsung. Ya karena semenjak kejadian itu aku enggan untuk kuliah.

Tapi pemikiran sempit ini harus segera aku enyahkan. Aku tidak ingin terlihat bodoh di mata orang-orang.

Kulalui koridor-koridor yang menghubungkan gedung perpustakaan dengan ruangan tempat aku belajar dan tiba-tiba langkahku terhenti. Tubuhku mematung, entah kenapa. Rasanya kepingan dalam hatiku berserakan entah kemana.

“Sayang, aku ingin kita pergi ke Mundre Fashion itu Minggu besok. Kamu bisa menemaniku kan?” perempuan itu merengek manja kepada lelaki yang ada di sampingnya.

“Tentu saja, lagipula kegiatanku untuk Minggu besok hanya sedikit dan tidak terlalu penting” jawab laki-laki itu dan tersenyum kepada perempuan itu

“Aku tidak pernah meragukan kamu” perempuan itu menggenggam tangan laki-laki itu dan dibalas dengan hal yang sama.

Sepertinya aku mengenal sosok itu. Sosok yang sudah tak asing lagi. Dialah laki-laki yang membuat hidupku kacau akhir-akhir ini. Sesaat pandangan kami bertemu dan dadaku terasa sesak. Aku semakin sulit untuk bernafas.

Tetapi pandanganku dibalas tak acuh oleh laki-laki itu. Ia berlalu begitu ringan.

Justru ia memamerkan kemesraannya dengan perempuan itu, ya Claudia . Hatiku terasa sakit. Sakit sekali. Ia melingkarakan lengannya ke pundak perempuan itu. Aku tidak terima dengan ini semua. Aku cemburu. Dan aku benci dengan ini.

“Shalom, kenapa kamu begitu tega kepadaku? kenapa kamu lakukan hal ini di depan mata kepalaku? begitu tidak berartikah perjalanan kita dulu?” langkahku semakin cepat menuju ruangan coach bisnis itu. Secepat butiran air yang turun di pipiku.

***

“Baiklah kita tidak punya waktu yang banyak teman-teman. Kita harus melakukan riset secepatnya untuk mensukseskan program kerja kita” Jasmine begitu antusias memberikan arahan untuk kami para tim yang bekerja di bawah naungannya.

Aku sangat kagum pada Jasmine, dia adalah perempuan yang cerdas, pekerja keras dan mempunyai keinginan yang kuat. Aku terkadang suka belajar darinya, terutama dalam hal yang memerlukan pemikiran. Dia selalu dapat menyelesaikan suatu masalah dengan baik.

“Cherie, kamu baik-baik saja?” Jasmine membuyarkan lamunanku yang aku sendiri tidak tahu apa yang aku lamunkan.

Pikiranku kosong.

“Oh, nothing. I mean i’m okay. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan” kualihkan pandanganku pada white board yang terlihat di pojok ruangan ini.

“Aku sudah mendengar apa yang terjadi antara kamu dengan Shalom” perkataan Jasmine terdengar hati-hati sekali.

“Mungkin perlu waktu saja untuk semua ini Macherie. Aku yakin cepat atau lambat Shalom akan menyadari hal ini”

Langit begitu terik siang ini, membuat tenggorokanku terasa kering.

“Sebenarnya ada apa antara Shalom dan Claudia?”

“Entahlah. Aku tidak tahu pasti yang jelas hubungan mereka semakin dekat” sambil membenarkan posisi duduknya Jamine mengeluarkan sebuah kertas dan memberikannya padaku.

“Apa ini?” tanyaku bingung dengan apa yang dilakukan Jasmine tadi

“Itu adalah undangan pertunangan Shalom dan Claudia”  jelas Jasmine.

“Apa? jadi mereka bertunangan?” badanku lemas seketika

“Iya. Aku harap kau bisa bertahan dengan semua ini Cherie.”.

***

Pertunangan Shalom dan Claudia

Tidak pernah terlintas di benakku bahwa hal ini akan terjadi. Membayangkannya saja tidak sama sekali. Shalom dan Claudia bertunangan. Aku tidak diundang dalam acara pertunangan mereka. Aku tidak mengharapkan untuk diundang. Tapi aku ingin melihat acara pertunangan mereka.

Akhirnya aku nekat menuju kediaman Prof. Belinda Hans  di San Fransisco untuk menyaksikan acara itu. Iya, Prof. Belinda Hans  adalah ibu Claudia. Claudia adalah salah satu anak dari dosen di Georgia College University.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa Claudia sangat menyukai Shalom, tapi karena Shalom tidak terlalu memperhatikannya dia menjadi kesal. Terlebih lagi Shalom sering mendekatiku.

Mungkin sekarang keadaanya berbalik. Semuanya tidak akan sama. Kini Shalom bukan siapa-siapa lagi untukku.

Aku berjalan amat pelan, bahkan terlihat seperti mengendap-ngendap. Aku tidak ingin terlihat seperti penyelundup. Aku berusaha bersikap biasa.

Dekorasi ruangan untuk acara pertunangan itu sangatlah elegan. Dipadu dengan warna pastel yang memenuhi dinding menambah kesan artristik. Orang-orang begitu sibuk hilir mudik mempersiapkan ini itu. Berbagai macam minuman lengkap tersedia di meja sana.

Aku melihat Claudia sangat cantik dengan gaun warna peach itu. Dia cocok memakainya. Disana juga terlihat Shalom. Ya disamping Claudia. Dia terlihat gagah dengan jas warna cream coklat itu. Mereka adalah pasangan yang serasi.

Acara pertunanganpun dimulai. Ada Prof. Belinda Hans  yang mendampingi anaknya. Terlihat juga laki-laki di samping  Prof. Belinda Hans. Entah kenapa aku sangat familiar dengan wajah itu. Tapi entah siapa. Aku merasa sudah sangat mengenal laki-laki itu. Tapi dimana aku mengenal laki-laki itu?. Dan aku sangat enggan untuk melihat wajah laki-laki itu. Entah kenapa.

“Eh, kamu!, apa yang kamu lakukan disini hah?” suara itu berasal dari belakang tempatku diam sekarang. Di sudut jendela pintu utama.

“Aku, emm aku.. ya aku hanya..” aku bingung menjawab pertanyaan body guard keluarga Prof Belinda Hans itu.

“Kamu penguntit ya? ayo ikut saya! saya akan memberi pelajaran untuk apa yang kamu lakukan itu!” bentak sang body guard membuatku kaget.

“Tapi tunggu dulu hey, lepaskan” aku berusaha untuk melepaskan cengkraman sang body guard. Terlihat sekilas Shalom memasangkan cincin ke jemari Claudia dan Claudia tersenyum. Sesaat hatiku sakit.

Tetapi cengkraman body guard itu sangat kuat menyeret badanku saat aku sibuk melihat Shalom juga Claudia dan rasanya badanku sakit.

“Hei, bisakah kau sedikit lembut kepada perempuan dan tidak kasar? Apa kamu ini tidak punya istri ha?” kekesalanku bertambah pada body guard yang galak dengan perawakannya yang sadis dan tidak punya hati itu terlebih lagi badannya yang seperti Mike Thaison versi gagal.

“Persetan dengan hal itu. Pergi kamu dari sini” tubuhku terdorong ke bawah dan membentur aspal.

Sakit, sesakit hati yang begitu perih menerima kenyataan tadi.

“Aku ingin ke Atlanta Phipps sekarang iya aku ingin kesana sekarang” entah apa yang membuatku mempunyai kekuatan ini. Padahal tadi aku jatuh terdorong. Rasa sakit ini memberi kekuatan ekstra.

Dan aku berlari dengan kencang. Sekencang gemuruh yang menggelegar di telingaku ini.

***

“Jam berapa ini?” kurasakan matahari mulai menyelimuti wajahku.

“Jam 9” Vranda merapikan benda-benda yang berserakan di bawah tempat tidurku

“Oh” aku berusaha mengumpulkan tenaga untuk bangun.

“Kamu mabuk lagi Macherie” adikku terlihat kesal kepadaku.

“Maaf Vranda, aku selalu merepotkanmu”

“Aku benar-benar tidak tahan Cherie. Aku akan melakukan apa yang harusnya dari dulu aku lakukan”

“Apa maksudmu”

“Sudahlah, ini urusanku Macherie”

“Vranda, tunggu. Beri penjelasan dulu” langkahku terasa amat berat

***

 “Hai, aku ingin bertemu denganmu sekarang. Oke?’

“Ya, ini sangat penting. Tentang Macherie.”
“Apa?”

“Ya, tentu sebelum kamu menyesal”

Aku melihat Vranda sibuk berbicara dengan seseorang di telepon dan sepertinya ia sedang membicarakan aku.

“Kamu tadi menelepon siapa?” tanyaku pada Vranda

“Bukan siapa-siapa”  Vranda terlihat begitu terburu-buru merapikan buku-bukunya.

“Ada yang kamu sembunyikan?” tanyaku tapi lebih tepatnya mengintrogasi.

“Menyembunyikan apa Macherie? Sudahlah aku tidak punya banyak waktu. Untuk makan siang nanti aku sudah menyiapkannya dan aku simpan di lemari. Kau tinggal memakannya saja”

“Hei aku belum selesai bicara”

“Jaga dirimu baik-baik Cherie. Aku pergi dulu”

Kali ini aku harus akui. Aku kalah berdebat dengan adikku. Vranda.

***

Baru kali ini aku menerima tawaran Madam Helena untuk bernyanyi pada hari biasa. Karena kebiasaanku lebih sering bernyanyi di akhir pekan. Aku pikir bukan hal yang buruk lagipula dengan bernyanyi diriku menjadi lebih hidup.

Bernyanyi adalah hal yang paling aku senangi. Dulu aku ingin sekali bercitacita menjadi penyanyi profesional. Setiap perlombaan aku ikuti tanpa lelah. Dan ibuku selalu menemani dan mendukung segalla kegiatanku. Oh ibu.

“Hei, kau ini penyanyi di kafe ini kan? Ayo tunggu apalagi? Saya kesini itu untuk menghibur diri bukan intuk melihat kesedihan” ingin rasanya aku melempar sepatuku yang berhak 6 cm ini ke kepala orang itu tapi aku urungkan hal itu.

“Macherie, apa yang kamu lakukan ha?” Madam Helena gemas terhadapku. Dan aku cuek saja.

“Maafkan kami tuan, janganlah emosi. Kita bisa selesaikan ini baik-baik kan? silahkan duduk kembali” wajah Madam terlihat begitu dibuat-buat.

Membuatku ingin muntah.

Tiba-tiba aku teringat pada Shalom. Aku tidak mengerti kenapa semua laki-laki itu berengsek?. Dan harus aku akui aku tidak bisa melupakan Shalom.

 Kepergian Shalom dalam hidupku adalah hal yang paling tidak bisa aku terima. Hidupku menjadi berantakan. Aku tidak bisa mengenali diriku sendiri. Aku ingin menyanyikan lagu ini untuknya. Intro When You’re Gone Avril Lavigne terdengar dan  tuts piano pun mengeluarkan nada-nada menyayat hati. Dan bibirkupun melakukan hal yang sama.

I always needed time on my own
I never thought I'd need you there when I cry
And the days feel like years when I'm alone
And the bed where you lie is made up on your side
When you walk away I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now

Perlahan air mataku menetes dan aku merasa benar-benar tidak sanggup.

When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too
When you're gone
The words I need to hear to always get me through the day and make it ok
I miss you

Aku lari ke balik panggung sebelum menyelesaikan pertunjukkan malam ini. Aku tahu ini sangat kekanak-kanakan tapi kesabaranku telah habis. Aku menangis sejadi-jadinya di pinggir pintu. Tepatnya di depan ruangan Madam Helena.

***

“Apa yang terjadi padamu Macherie? Malam ini kamu benar-benar mengecewakan saya”
“Maafkan saya Madam Helena. Saya tidak enak badan” kuusap air mata di pipiku.

“Alasan saja!. Baiklah untuk kali ini saya maafkan kamu. Walaupun tadi kamu sempat membuat saya marah tapi seketika juga saya senang”

“Maksud Madam?” aku semakin tidak mengerti apa arti dari perkataan Madam Helena.

“Tuan silahkan masuk” panggil Madam Helena kepada seseorang dengan nama “tuan”. 

Membuat perasaanku tidak enak. Pasti akan ada hal yang terjadi malam ini. Dan aku membeci perasaan seperti ini.

Kemudia “tuan” –ya sebutan Madam Helena untuk orang itu-  masuk ke dalam ruangan ini.

Seketika aku kaget. Aku pernah melihat laki-laki ini. Aku berusaha mengingatnya. Berfikir dan berfikir. Rasanya kepalaku mulai pusing dan badanku lemas. Tiba-tiba aku tersadar laki-laki ini adalah laki-laki yang berada di samping Prof Belinda Hans ketika pertunangan Shalom dan Claudia. Apa yang dia lakukan disini?

Dia mendekati Madam Helena. Dan ketika aku melihat matanya aku merasakan hal yang aneh. Aku benar-benar enggan melihat wajah laki-laki ini. Terbesit kebencian yang luar biasa yang aku rasakan ketika melihatnya. Aku tidak tahu kenapa. Apa yang terjadi dengan diriku?

“Selamat datang Sir Philips Hans Crums” sapa Madam dengan ramahnya.

Apa? Sir Philips Hans Crums? Gumamku dalam hati. Nama ini sudah tidak asing lagi di telingaku. Aku ingin mencari sebuah memori tetapi memori tu amat sulit untuk ditemukan. Aku berfikir amat keras kali ini.

“Ya, aku sangat senang bisa disini” laki-laki itu mencium tangan Madam Helena dengan tatapan khas laki-laki hidung belang. Dan aku semakin muak melihatnya.

“Baiklah tuan, tidak perlu berlama-lama lagi. Perempuan inilah yang ingin aku perkenalkan padamu” seru Madam antusias.

“Hai, nona? Kamu malam ini cantik sekali”  laki-laki itu mengulurkan tangannya padaku dan  ya entah kenapa tangan itu juga begitu familiar bagiku.

Aku perhatikan wajah itu sekali lagi dan kali ini aku baru menyadari satu hal. Ya sekarang aku bisa menemukan memori yang hilang itu. Memori beberapa tahun silam yang masih jelas di kepalaku.

Tangan itu adalah tangan yang jahat. Tangan itu telah melukai ibuku. Aku masih ingat ketika malam itu tangan itu memukul wajah ibuku dan tangan itu dengan sengaja membuang sisa pakaian yang ada di lemari. Tangan itu milik ayahku. Ya Sir Philips Hans Crums adalah ayahku.

Ia begitu tega pada ibu, aku dan Vranda. Ia dengan sengaja mengusir kami dari rumahnya. Dan disana ada seorang perempuan yang berada di sampingnya. Mereka tertawa terbahak-bahak. Ibuku menangis seketika itu juga. Dan aku tidak terima ibuku diperlakukan seperti itu. 

Aku langsung menghampiri ayahku itu dan mendorongnya tapi apa daya tubuhku lebih kecil dan aku terdorong oleh tangan ayahku itu.

Terlebih lagi saat itu Vranda masih berumur 9 bulan. Dia tidak mengerti apa-apa selain menangis layaknya bayi lainnya yang mempunyai kontak batin yang kuat dengan ibunya. Ketika ibunya sedih tentulah bayi akan sedih. Naluri itu tidak bisa dibohongi. Dan apakah ayahku itu terenyuh melihat Vranda kecil? Ternyata tidak. Dan inilah yang membuat aku membencinya. Apa masih pantas ia dipanggil dengan sebutan ayah?.

“Macherie, kenapa kamu malah diam saja? Benar-benar tidak sopan” sela Madam Helena membuyarkan lamunanku.

“Oh, maaf, iya terimakasih” jawabku enggan

“Baguslah, silahkan Tuan nikamtilah suasana malam ini”

“Tapi Madam, saya...” belum sempat aku berkata-kata Madam mendorong tubuhku mendekati Sir Philips. Ayahku sendiri.

***

Tangan itu mulai menggenggam tangan ini. Ini benar-benar gila. Mana mungkin ayahku sendiri ingin bercinta dengan aku. Anaknya sendiri. Ini tidak bisa dibiarkan.

“Maaf, bisakah tangan tuan tidak mencengkram tangan saya seperti itu, sedikit sakit sepertinya” alasan ini aku persiapkan untuk menghindari ini semua.

“Maaf, mungkin aku kali ini saya terburu-buru” dan perlakuan Sir Philips kepadaku makin tidak terkontrol. Ia semakin berani melakukan hal-hal yang dsangat tidak pantas. Dia ayahku.

“Tolong lepaskan saya, tolong jangan lakukan hal itu tuan aku mohon” aku semakin tidak bisa berkutik. Ruang gerakku terbatasi oleh tangan ayahku yang begitu kuat mencengkram.

“Ah, sudahlah, kamu diam saja. Saya sudah membayar kamu ke Madam Helena dan saya tidak ingin rugi”  dia semakin liar seperti singa yang kelaparan dan hendak memakan mangsanya.

“Lepaskan! Tolong! Siapapun yang ada di sini tolong saya” teriakku sekencang-kencangnya sampai menangis. Aku benar-benar takut.

“Lepaskan dia” aku mencari darimana suara itu berasal dan ternyata itu Shalom. Dia datang di saat yang tepat.

“Shalom!. Tolong aku Shalom” teriakku pada Shalom.

Dan Shalom mendekat ke arah kami. Dan seketika itu juga Shalom hendak memukul wajah ayahku. Dia menyentuh pundak ayahku dan membalikan badannya agar mereka saling berhadapan. Ketika tinjuan itu hendak Shalom layangkan. Tiba-tiba Shalom terkejut.

“Om Philips? Apa yang om lakukan?”

“Shalom, om emmm “ sepertinya ayahku bingung menjawab pertanyaan Shalom

“Bagaimana dengan tante dan Claudia?”

Tante dan Claudia? Berarti Prof Belinda Hans adalah perempuan di masa lalu itu dan Claudia adalah saudara tiriku? Bisikku dalam hati

“Tolong jangan beritahu ini pada mereka. Om mohon”

Badanku terasa makin berat. Kepalaku terlalu lelah untuk berfikir. Aku sudah tidak bisa menopang diriku sendiri. Tubuhku terkulai di lantai yang dingin ini.

***

“Aku ada dimana?” ku buka mataku perlahan dan seakan berbicara sendiri.

“Kamu di rumah sakit” suara itu lagi. Suara yang sangat menenangkanku.

“Shalom, kenapa kamu ada disini?”

“Macherie. Kamu tidak apa-apa? Vranda datang tiba-tiba dan langsung menghampiriku.

“Ya, aku tidak apa-apa. Hanya pusing saja” jawabku sambil menyentuh pelipis kepalaku.

“Terimakasih Shalom, kau telah menolong Cherie”

“Sudah seharusnya aku melakukannya.” Senyuman itu sangatlah manis.

***

Halaman rumah sakit ini begitu sejuk. Diselingi kicauan burung  yang merdu. Membuat hatiku tenang dan ingin rasanya ikut bernyanyi. Terbang bersama burung-burung itu.

“Tidak bisa aku bayangkan apa yang akan terjadi jika pada saat itu kamu tidak datang Shalom”

“Aku ini punya indera keenam. Jadi apapun yang akan terjadi tentu saja aku akan mengetahuinya lebi dulu”  candaanya seperti inilah yang selalu aku rindukan.

“Apakah ada lelucon yang lebih masuk akal dari ini?”

Dan kami tertawa bersama.

“Aku ingin bertanya kepadamu. Apa yang terkadi antara kamu dan Sir Philips?”

“Dia adalah ayahku” jawabku datar

“Apa? apakah kamu serius?” Shalom tampak kaget dan tidak percaya.

“Iya begitulah adanya” aku menjelaskan semua yang terjadi dulu padanya dari awal sampai akhir

“Oh jadi begitu”

Dan seketika hening.

 “Selamat untuk kamu dan Claudia” rasanya aku begitu berat mengatakan ini tapi entahlah semua terucap begitu saja.

“Bisakah kamu tidak mebicarakan ini” Shalom tampak enggan untuk membahas hal ini.

“Kenapa? bukankah kamu bahagia dengan ini semua?”

“Bahagia katamu? Aku melakukan ini semua karena aku terpaksa”

“Terpaksa? Tapi kenapa?”

“Karena posisiku di dalam organisasi True Deep akan terancam jika aku tidak menuruti apa kata Claudia”

“Jadi seperti itulah kenyataannya?” aku berusaha sediki tenang.

“Macherie...” sapaannya itu begitu lembut. Aku menyukai cara Shalom menyebut namaku

“Iya.. Ada apa?” tanyaku penasaran

“Aku mencintaimu”

“Tapi, kamu dengan Claudia?”

“Tidak ada salahnya kan jika kita tetap bersama”

Pelukan itu tiba-tiba aku rasakan begitu hangat. Dan aku tidak pernah ingin melepas pelukan ini. Dan alunan Stick With You mengalun indah dalam hati yang lengkap. Nyata.

the end